His Little Prince.
cw // slight nsfw, implied cockwarming.
Hangat. Rasanya sangat hangat.
Sunghoon memejamkan mata, mengusal pelan di leher Heeseung. Alunan musik dari mobil dan suara mesin yang melaju cepat seakan jadi nyanyian pengantar tidur.
Siapa sangka duduk di pangkuan Heeseung dengan lelaki itu berada didalamnya sambil menyetir terasa (lumayan) nyaman?
Walaupun jadinya Sunghoon sama sekali tidak berani menggerakkan pinggul— ia sudah keluar dari embun subspace, sehingga rasanya malu.
Maka dari itu kedua tangan melingkar di leher Heeseung, menarik lelaki itu mendekat guna tutupi wajah yang sedari tadi memang sudah tenggelam diantara leher dan bahu.
Tentu aksi Sunghoon membuat Heeseung kesusahan menyetir. “Little prince, we’re almost there. Sabar, ya? Jangan peluk terlalu erat, gue gak bisa fokus nyetir.”
Sunghoon hanya terkekeh sebagai jawaban, kembali mengusal seenak hati di leher Heeseung yang sekuat tenaga menahan geli.
Ketika sampai pada tujuan, Heeseung perlahan angkat Sunghoon, menaruhnya di kursi samping pengemudi.
Jas yang disampirkan dibetulkan sedikit dan ada sebuah ciuman dibubuhkan di dahi, “I’ll be back soon.” Pun Heeseung keluar dari mobil.
“What a pleasure meeting The Ace of the Streets in person,” Lelaki berambut ungu yang merupakan anggota dari Hakanai itu menunduk, penuh akan hormat pada Heeseung. “Nama saya Kokonoi, dan saya adalah utusan dari Hakanai, seperti yang anda ketahui.”
Sejujurnya, Heeseung malas berbasa-basi. Terutama sebentar lagi memasuki petang. Ia harus segera selesaikan urusannya disini.
“Kokonoi, bisa kita langsung ke apa yang telah dibicarakan tadi?” Suara Heeseung dingin, memancarkan autoritas sebagai seorang pemimpin.
“O-oh ya, tentu, tuan. Untuk hadiah karena memenangkan taruhan yang tuan lakukan dengan ketua dari Hakanai, yaitu memenangkan balapan dengan ketua dari Casa Segura, akan dikirimkan besok secara langsung ke markas anda.”
Heeseung menggangguk, “Bisa beri tau lagi hadiahnya apa saja? Just to make clear.”
Sontak Kokonoi mengangguk, mengambil sebuah kertas kecil yang Heeseung tebak sebagai pengingat. “Spare parts terbaik dari Jepang, satu mobil Koegnigsegg Jesko, dan total cash sebanyak 10,000 LC.” (10,000 LC = $100,000 = 1,4M)
Mendengar hadiah-hadiah bernilai fantastis itu membuat Heeseung tersenyum. Ah, memang menang taruhan selalu berasa seperti meminum seteguk bir setelah hari yang melelahkan.
“Then I’ll be waiting for the prizes to come, Kokonoi.” Heeseung menjabat tangan dengan Kokonoi, yang mengangguk antusias. Mata lelaki itu sempat melirik kearah mobil Heeseung, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan.
“Tuan, maaf, apa boleh saya tau siapa yang berada di mobil tuan? Agar saya tau konfidensialitas percakapan ini.”
Sudah menebak sedari tadi. Heeseung tau Kokonoi cepat atau lambat pasti menanyakan tentang Sunghoon.
“He’s my little prince. No need to worry about him.” Heeseung menjawab santai, tetapi apabila mata bisa membunuh, maka Kokonoi sudah dipastikan tewas sekarang.
Kokonoi mengangguk, tersenyum palsu terhadap Heeseung. Melihat ini, Heeseung langsung berbalik badan— merasa urusan sudah selesai.
Coba saja kalau ia lihat, bagaimana seramnya perubahan senyum Kokonoi, mungkin hatinya akan terbakar dalam amarah.
Namun sekarang hatinya meleleh, tepat ketika diri membuka pintu mobil. Melihat Sunghoon pulas tertidur di kursi penumpang. Perlahan ia menutup pintu, duduk di kursi pengemudi tanpa melepas tatapannya terhadap yang lebih muda.
‘Since when did I started to fall for you, Sunghoon?’ Heeseung bertanya dalam diam, jemari mengelus perlahan rambut Sunghoon yang menutupi dahinya.
Ia tau, bukanlah seorang yang bodoh, afeksi yang diberi dan bagaimana diri bertindak disekitar yang lebih muda jauh dari sekedar one night stand.
Itu membuatnya sedikit takut. Belum ada sehari, masa sudah segampang ini jatuh cinta?
Sepertinya Heeseung terlalu ribut dalam pikiran, hingga membangunkan Sunghoon— “H-heeseung..? Sudah selesai?”
Heeseung kedip beberapa kali, sebelum akhirnya mengangguk, “Ya, sudah.”
Sunghoon ikut menangguk. Setelahnya mereka diam, tidak ada yang berbicara. Namun sebelum Heeseung menjalankan mobil, Sunghoon membuka belah bibirnya,
“Bisa tolong antarkan ke Casa Segura?”