guilty
cw // mentions of rut.
mata sunghoon tidak berhenti lihati seluruh murid kelas 12, tidak pula berhenti mencari disekitar kelas heeseung.
nihil. tidak ada heeseung. sama sekali tidak ada. layak ditelan bumi. sunghoon menghela nafas frustrasi, sisi omega-nya mulai merasa resah dan hatinya berdegup tak karuan takut apabila ada hal buruk menimpa alpha-nya itu.
hampir menangis, jika saja mata tidak tangkap jay dan ryujin keluar dari ruang klub karate disamping kelas heeseung. pun sunghoon memanggil, “jay! kak ryujin!”
kedua alpha itu menoleh— ryujin tersenyum, melambaikan tangan kecil. sedangkan jay hanya diam saja, menunggu sunghoon mendatangi mereka berdua.
“hi! kenapa kamu masih di sekolah, sunghoon?”
sebentar dulu. pertanyaan ryujin membuat sunghoon terbelalak bingung, apa itu berarti seharusnya sedari tadi ia tidak berada disini? lagian ini masih jam normal pulang sekolah, kelas sunghoon keluar cepat tadi.
melihat ekspresi sunghoon, ryujin dan jay bertukar pandangan seakan berbicara tanpa suara. “kamu.. jangan bilang heeseung gak kasih tau kamu kalau dia lagi rut?”
deg. hati sunghoon seperti dililit rantai berduri. heeseung, alpha-nya, mengapa tidak memberi tau— sisi omega-nya meraung kesakitan, merasa seakan tidak berguna.
sepertinya scent-nya berubah begitu masam, sehingga kedua alpha didepannya sampai berjengit tidak nyaman.
“tenang, sunghoon.” jay akhirnya bersuara, “ryujin tadi cerita ke gue, heeseung mendadak rut pas masuk kelas pertama. jadi dia mungkin tidak ada waktu buat kasih tau lo, secara dia harus pulang secepatnya.”
masuk akal. tapi tetap saja, sunghoon merasa— entahlah, seperti gagal menjadi omega yang baik? tadi pagi ia sudah mencium ada yang aneh pada scent heeseung, seharusnya tau bahwa lelaki itu akan mengalami rut.
kepala menunduk, emosi sunghoon membuncah kesana-kemari layak air laut ditampung dalam wadah sekecil mangkuk. pikirannya penuh dengan heeseung, sampai tidak sadar tidak ada yang akan mengantarnya pulang.
untung saja ryujin bertanya. “gak usah terlalu dipikirin, hoon. oh iya, kamu pulang sama siapa? pasti kamu datang dengan heeseung, kan?”
“gak tau..” sunghoon menjawab dengan gumaman. benar-benar tidak mau berbicara pada siapapun sekarang. mendengarnya, jay membuka bibir— hampir menawarkan tumpangan, namun didahului oleh suara dari belakang.
“pulang sama gue aja.”
tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. sunghoon terlampau familiar.
itu jake, sahabat yang menjauhinya. sunghoon tidak percaya lelaki berambut coklat itu ada, kepala menoleh kebelakang sedikit agar dapat kepastian, dan memang benar. jake ada dibelakangnya, memegang dua buah helm motor yang salah satunya dijulurkan ke sunghoon.
“ini, pegang. gak apa-apa kan pulang sama gue, hoon?”
tentu saja tidak apa-apa. terutama sekarang sunghoon membutuhkan seseorang untuk menenangkan dirinya, dan jake adalah orang yang tepat.