market heartbreak

cw // angst, forced submission


“makasih mba, ambil aja kembaliannya.”

sunghoon berkata sambil tersenyum, mengambil kantung belanja penuh jajanan yang telah dibayar. kondisinya sudah tidak seburuk tadi, setidaknya sekarang scent sunghoon kembali manis seperti macarons pada umumnya.

ia benar-benar harus berterimakasih pada jake karena mengingatkannya bahwa heeseung tidak mungkin melakukan sesuatu yang menyakiti hati tanpa alasan.

ada senandung keluar dari bibir, sunghoon berjalan pelan— menikmati kecantikan langit malam, berpadu bising mobil serta motor melewati jalan.

semua baik-baik saja, sampai akhirnya langkah kaki sunghoon berhenti. kantung belanja jatuh begitu saja. mendadak tidak bisa bernafas, jantung berdegup terlalu nyeri hingga rasanya relung sebentar lagi hancur.

berkedip cepat— sunghoon berharap apa yang dilihat hanyalah ilusi. sayangnya, kenyataannya terpampang jelas.

disitu, heeseung, berjalan berdua dengan seseorang berambut hitam mullet bercampur blonde. seseorang itu omega, sunghoon bisa menciumnya walau dari kejauhan.

bukankah.. bukankah heeseung baru mengalami rut? lantas, mengapa sekarang berjalan dengan omega lain, bahkan tanpa mengabari dirinya?

setiap pertanyaan bak pukulan tepat di kepala. sakit, terlalu sakit. sunghoon menangis, tambah tidak karuan kala wajah omega itu terkesan familiar di ingatan. langsung menyimpulkan bahwa itu pasti mantan omega heeseung.

sunghoon mulai tertawa dalam sela tangisan tepat setelah menyimpulkan. kedua tangan mencengkram kalung pemberian heeseung, merasa jijik akan benda itu melingkar pada leher.

ah, pantas saja. kisah mereka berdua terlalu bagus untuk menjadi nyata. apa selama ini heeseung hanya mempermainkannya? apakah—

“sunghoon!”

pikiran terputus akibat teriakan heeseung. sedikit demi sedikit kendalikan emosi, sunghoon baru sadar heeseung didepannya— memegang kedua tangan yang tadi hampir merusak kalung.

nafas sunghoon berubah masai. panik, ia memberontak mencoba melepaskan pegangan heeseung di kedua tangan. tangisan tambah keras kala mencium scent sang alpha bercampur dengan omega yang ditinggal sendirian begitu saja oleh heeseung diseberang jalan.

“le—lepas! lepas-lepaskan aku, heeseung!” sunghoon berteriak, masih memberontak. tidak, sama sekali tidak mau menatap heeseung. tidak mau mendengar suara heeseung. tidak mau lagi berurusan dengan heeseung. sudah cukup.

yang lebih tua sama sekali tidak melepas, bahkan mulai mencengkram. “tidak, darling, dengarkan ak—”

“diam!” kalimatnya langsung dipotong sunghoon, “ja-jangan panggil aku gitu— hiks— lepaskan aku! sana pergi saja dengan omegamu itu!”

heeseung menggeram, rendah dan penuh dominansi. sontak, tangisan sunghoon berhenti, namun tubuh tambah gemetar akan takut. sang alpha terlihat mengerikan, seakan terlahap habis oleh amarah.

salah satu tangan ditarik paksa. sunghoon terkesiap, memberontak lebih kuat— “hee-heeseung! tidak- lepas- lepaskan aku!” ia sama sekali tidak mau dibawa pergi entah kemana oleh heeseung. apalagi tangan mulai membiru akan kuatnya cengkraman.

namun sang alpha malah tatap tajam, “sunghoon, berhenti memberontak.

sebuah perintah, yang mana membuat sunghoon sama sekali tidak punya kontrol atas tubuh hingga akhirnya berada didalam mobil heeseung. mata mengerjap pelan, dan kala diri sadar, sunghoon kembali menangis.

“ka-kamu... kamu memaksaku..”

sunghoon bahkan tidak mau melihat wajah heeseung. tangan memeluk kedua lutut dinaikkan, tidak peduli sepatu mengotori kursi mobil, dengan posisi tubuh condong ke jendela.

i hate you, i-i hate you so much, heeseung.” lirihan tidak henti keluar dari bibir sunghoon, yang hanya dibalas oleh helaan nafas serta bisikan 'maafkan aku' dari bibir heeseung.

pun mobil berjalan, dengan sunghoon yang sudah tidak peduli lagi.