A Good Race Serves as a Good Distraction, or So He Thought. (Part 1/3)

cw // slight nsfw, sexual tension.


“Sudah kuduga.” Sunghoon menggumam, melihat kearah handphone yang menunjukkan lokasi balapan. Lokasinya berada di sebuah parkiran terbuka didekat jalan tol antara Hypen District dan Ikurugi District, yang mana jalan tersebut jarang digunakan karena terlalu melintang jauh sehingga memakan banyak biaya perjalanan.

Dan lokasi itu dibawah kekuasan De Cartas.

Sunghoon sudah punya perasaan bahwa Heeseung adalah pemimpinnya, terutama karena nama belakangnya Lee— sama seperti pemimpin sebelumnya.

Tetapi bukan itu yang menganggu pikiran Sunghoon, melainkan fakta bahwa Jay tidak memberi tahu jikalau Heeseung adalah ketua De Cartas. Bukankah itu info yang umum, serta Sunghoon perlu tau sebagai sesama pemimpin gang di kawasan Hypen District?

Ah, sudahlah. Sunghoon kosongkan pikiran, walau hati digerogoti akan rasa ingin tau apabila Jay menyembunyikan sesuatu atau tidak. Sekarang biarkan diri larut dalam bisingnya lagu yang dimainkan oleh sang DJ, kaki melangkah dengan badan tegap ditengah kerumunan wanita dan para anggota De Cartas beserta mobil masing-masing dibelakang mereka.

Tidak butuh waktu lama bagi Sunghoon untuk menemukan Heeseung. Lelaki itu menonjol, aura menyeramkan bersama pahatan wajah terlampau sempurna bak para Dewa bergantian membuatnya. Ditambah lagi, Heeseung duduk di sebuah sofa ditengah-tengah yang Sunghoon tebak sebagai anggota inti dan ada seorang wanita duduk menyamping di pangkuan lelaki itu.

“Gue nantang lo balapan.”

Sunghoon sama sekali tidak basa-basi. Langsung berkata keinginan saat berada didepan Heeseung yang menaikkan satu alis, penuh ejekan. Pemimpin De Cartas itu masih setia duduk, dengan mata melihati Sunghoon dari atas hingga bawah sedikit terkesan.

“Apa yang buat lo yakin gue mau balapan sama lo?”

Pertanyaan Heeseung membuat Sunghoon menggeram, jelas tidak suka. “This used to be my playground, and I'm very damn good at driving. Jadi mending lo terima tawaran gue, atau lo sendiri yang bakal sengsara.”

I don't think you're in the position to threaten me, Mister Park Sunghoon,” Heeseung tertawa, tangan bergerak untuk menyingkirkan wanita yang ada dipangkuannya, “Tapi gue yakin lo pasti bakal bagus ngendarain gue.”

Kaget, Sunghoon total kaget. Tidak menyangka Heeseung akan mengenali dirinya. Terlebih lagi, sudah tidak ada jarak diantara mereka— Heeseung berdiri, menyatukan dahi keduanya, dan tersenyum miring saat wajah Sunghoon berubah merah.

Satu tangan Heeseung mengelus pipi Sunghoon, kemudian jemari-jemarinya perlahan mengelus ke lehernya dengan ibu jarinya mengusap pelan bibir bawah Sunghoon yang menggeliat kecil. Usapan pelan itu berubah menjadi dorongan, yang mana membuat Sunghoon membuka belah bibirnya— perlakuan yang berbicara seakan ingin merasakan bagaimana rasa dari bibir yang lebih muda.

So, let's get the show on the road, pretty boy?” Bisikan Heeseung tepat berada didepan bibir Sunghoon yang masih terdapat ibu jarinya, “If you win, do as you please. But if I win, I'll let you ride me.


'Lee Heeseung sialan, Ethan Lee sialan, siapapun dirinya itu— sialan!'

Sunghoon tidak henti-hentinya memaki Heeseung didalam benaknya. Setelah kejadian itu, Sunghoon gelagapan menjauhkan diri dari ketua De Cartas yang asik tertawa melihat kelakuannya. Bahkan membutuhkan waktu 5 menit agar dirinya bisa kembali waras dan mempersiapkan mobilnya di track balapan yang memang sudah disediakan.

“Lo yakin mau balapan dengan keadaan lo yang kayak gini?” Itu Heeseung, berdiri disampingnya. Mereka berdua belum memasuki mobil masing-masing, namun sudah siap didepan garis start.

Mendengus, “Emang keadaan gue gimana?” Sunghoon tatap Heeseung yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Seluruh orang di Los City tau ibu lo baru aja meninggal, dan lo disini malah balapan. Apa lo gak kepengen tau apa alasan beliau meninggal?”

Cukup. Kali ini, Heeseung lewati batas. Kedua tangan Sunghoon langsung tarik kerah baju yang digunakan yang lebih tua, kedua wajah mereka begitu berdekatan. “Watch your fucking mouth, Ethan.

Bukannya takut, Heeseung malah terkekeh. Lagi-lagi menyatukan dahi keduanya, membuat cengkraman Sunghoon di kerah melemah. “Are you this eager to kiss me, Sean?” Kedua tangan Heeseung melingkar di pinggang yang lebih muda, pun Sunghoon langsung berjengit mencoba menjauh.

'Orang gila,' Sunghoon merengek didalam pikirannya. Perkataan Heeseung bahkan sama sekali tidak menyambung dengan ancamannya, tetapi ia tidak bisa menyangkal lelaki yang ibarat musuhnya itu membuat jantung berdegup lebih cepat sehingga tubuh terasa lemas untuk sekedar mundur kebelakang menjauhi Heeseung.

Mereka diam, sebelum akhirnya Heeseung memajukan wajahnya— badan Sunghoon membeku, mata hampir menutup jika saja lelaki itu tidak melepaskan rangkulan di pinggang sambil tertawa. “Lo seharusnya lihat muka lo sekarang, lucu.”

Brengsek. Lee Heeseung brengsek. Sunghoon langsung membelakangi Heeseung, lalu berjalan kearah mobilnya. Langkahnya terhenti saat tangan dicekal dari belakang,

You know, you can call me Heeseung, instead of Ethan.” Dari ujung mata, Sunghoon bisa lihat Heeseung tersenyum, “And let me call you Sunghoon, because I like your real name more.

Yeah, yeah. Up to you. Stop talking, let's race already.