A Good Race Serves as a Good Distraction, or So He Thought. (Part 2/3)

Ready,

Sunghoon menggigit bibir. Jantung berdebar tidak karuan, adrenalin mengalir dalam tubuh. Ini, ini yang Sunghoon rindukan. Tangan tanpa sadar mencengkram stir mobil kesayangannya, Acura NSX.

Set,

Mata melirik kearah kiri, mencoba melihat Heeseung yang ternyata juga melirik kearahnya. Mereka bertatapan, lalu sedetik kemudian sama-sama memfokuskan pandangan ke depan.

Go!

Tanpa ragu, Sunghoon langsung menginjak pedal gas, membuat tubuh sedikit terdorong kebelakang akibat kecepatan yang berakselerasi mendadak. Gila, Sunghoon tertawa. Kebahagiaan seakan meledak. Apalagi setelah berhasil mengungguli Heeseung, walau tidak berlangsung lama sebelum lelaki itu kembali berada didepannya.

Sunghoon mengutuk dibawah nafasnya, tangan secepat kilat berada di persneling untuk mengganti gigi agar melaju lebih cepat. Namun sayang sekali, mobil Heeseung juga ikut bertambah cepat sehingga jarak yang hampir tidak terlihat itu muncul lagi diantara kedua mobil.

Mata Sunghoon sedikit melirik keluar, memperhatikan jalanan yang berlalu bak kertas ditiup angin kencang dari spionnya. Sial, sebentar lagi garis finish. Sunghoon mau tidak mau mengarahkan tangannya yang sebelumnya berada di persneling menjadi kebelakang, meraba-raba tangki gas nitro sebelum akhirnya memutarnya—

Mobil Sunghoon terhentak sedikit di udara, lalu melaju secepat mata bisa memandang, melewati mobil Heeseung begitu saja. Sunghoon tersenyum miring, melihati mobil yang lebih tua dari kaca tengah dengan pandangan mengejek.

Tetapi senyumnya jatuh saat Heeseung juga mengaktifkan gas nitro didekat garis finish, dan tepat ketika gas nitro miliknya habis. Dan dengan segampang itu, Heeseung memenangkan pertandingan.

Tangan Sunghoon memukul stir akan frustrasi setelah memberhentikan mobilnya asal, mata pandangi Heeseung yang sudah keluar dari mobil— tersenyum penuh kemenangan kepada kerumunan yang menonton balapan mereka.

Pada akhirnya Sunghoon ikut keluar dari mobil, walaupun secara terpaksa. Heeseung tidak membuang waktu untuk berjalan kearahnya, masih memasang senyuman yang sama.

I win, little prince.” Heeseung menarik Sunghoon mendekat dengan satu tangan mencengkram di pinggang, “So, where do you want to ride me, hmm? My place or yours?

Sunghoon terkesiap, mata memandang kearah manapun asal tidak melihat Heeseung. Jujur saja, diri hampir lupa akan taruhan mereka, dan Sunghoon lebih memilih untuk lupa saja sekalian.

Ia bukan orang yang mau mundur begitu saja dari taruhan, tetapi masalahnya, ia juga bukan orang yang mau sembarangan melakukan hal seintim itu dengan orang yang baru saja dikenal.

Dan mungkin Tuhan sedang berbaik hati, karena dari kejauhan, Sunghoon bisa melihat Jay. Helaan nafas keluar dari belah bibir, membuat Heeseung menaikkan satu alis bingung. “Hey, lo belum jawab perta—”

“—Heeseung! Lepasin Sunghoon!”

Kalimat Heeseung dipotong oleh teriakan dari Jay, yang mana membuat pemimpin De Cartas itu menoleh kebelakang dan melepaskan sedikit cengkraman tangan yang berada di pinggang tetapi tidak cukup untuk Sunghoon bisa terlepas.

Heeseung menggeram, “Jay, lo berani perintah gue? Lagian, Sunghoon kalah. Jadi gue punya hak penuh atas dia.”

“Enggak, gue gak berani perintah lo,” Jay menghela nafas, menatap sekilas Sunghoon yang terlihat bingung. “Tapi Sunghoon gak tau apa-apa tentang perjanjian diantara Casa Segura sama De Cartas, makanya dia berani nantang lo. Please, let him go.

Sunghoon semakin bingung. 'Perjanjian apa? Kenapa Jay takut, bukankah ia berada dibawah pimpinannya, bukan Heeseung? Kenapa Jay tadi memanggil lelaki itu dengan nama aslinya?' Banyak sekali pertanyaan yang berada di benak.

Tambah bingung ketika Heeseung melepaskannya. Mata berkedip cepat, tidak sangka akan segampang itu taruhan mereka melayang hampa di udara. Pun Sunghoon perlahan berjalan ke sisi Jay yang menundukkan wajah— seakan tidak mau menatap Sunghoon.

Namun sebelum Sunghoon benar-benar bisa pergi, Heeseung menahan tangannya, kemudian berbisik tepat di telinga,

“Gue emang lepasin lo sekarang, tapi ingat— You're my trophy, Sunghoon. You belong to me.

Dan bisikan itu membuatnya bergidik. Sunghoon secepat kilat berjalan pergi, tangan menarik Jay agar segera mengikuti. “You owe me an explanation, Jay.

Terlepas dari apapun yang terjadi, Sunghoon tetap harus tau jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya tadi.