mine. (yours.)

cw // angst (more to hurt-comfort though), harsh words, mentions of cheating, kissing, slight making out.


handphone heeseung menyala, terbuka tanpa kunci menunjukkan chattingan lelaki itu dengan beomgyu— omega yang tadi bersamanya.

sunghoon menatap benda itu kosong, walaupun berada digenggaman tangan. bibir tertutup rapat tidak berkata apapun, padahal heeseung sudah menjelaskan hingga memberi bukti.

mereka sekarang berada di apartment heeseung, di ruang tamu, dengan sunghoon duduk diatas sofa dan heeseung duduk dibawah lantai.

“hoon, please, aku benar-benar gak ada hubungan lagi sama beomgyu. aku minta maaf, aku tidak tau rut-ku akan terjadi hari ini, dan aku tidak bisa batal bertemu dengannya karena aku tidak mau diganggu lagi.”

kekehan serak keluar dari belah bibir sang omega, “kenapa kamu tidak memaksaku lagi saja?”

“hah?” heeseung mengerjap bingung, menatap keatas— kearah sunghoon yang menatap balik tanpa emosi.

“kenapa kamu tidak memaksaku untuk memaafkanmu? bukankah itu akan lebih gampang untukmu?”

sial. hati heeseung nyeri, menyadari fakta ia telah menyakiti sunghoon berulang kali sebegitu dalamnya. omega itu tidak lagi memiliki binar di mata, tidak lagi tersenyum. bahkan scent manis yang selalu membuat heeseung candu berubah layak macarons gosong.

“sunghoon,” sang alpha perlahan pegang tangan sunghoon yang tidak berkutik, “maafkan aku. emosiku tidak stabil pasca rut, aku sama sekali tidak ingin memaksamu,” kalimat dijeda sebentar guna menarik nafas gemetar, “i.. i can't even tell how much i regret hurting you.

tidak ada jawaban dari sunghoon. heeseung menghela nafas, tetapi tidak menyerah. ia tidak mau kehilangan sunghoon hanya karena masalah ini saja.

jemari perlahan mencoba bermain dengan jemari, “aku minta maaf, tidak masalah jika aku harus berulang kali meminta maaf karena aku memang brengsek. aku tidak ada mengabarimu, dan menghilang begitu saja tepat setelah courting. bahkan aku sampai melewati batas dengan memerintahmu. tidak ada alasan yang cukup untuk membuatmu memaafkanku, tetapi—”

heeseung tautkan jemari mereka secara hati-hati, mengetahui sunghoon begitu rapuh, “setidaknya aku ingin kamu mengetahui tentang beomgyu. dia mantan omegaku, aku bertemu dengannya setahun lalu. aku dahulu berpikir dialah yang tepat, sampai akhirnya dia selingkuh. dia menghilang setelah itu, yang aku tau hanyalah dia berhenti sekolah karena mengikuti alpha-nya. aku sehabis itu menutup diri sendiri, tidak mau dekat dengan omega atau beta sekalipun,”

“lalu hari itu aku melihatmu didepan gerbang sekolah.”

sunghoon yang sedari tadi diam, akhirnya menunjukkan balasan melalui scent-nya yang mulai kembali manis seperti biasanya, dan heeseung ambil itu sebagai tanda untuk berlanjut berkata.

“awalnya aku mau berperilaku acuh padamu, tetapi aku tidak bisa. seakan ada yang menyuruhku buat percaya kamu tidak akan kemana-mana, bahwa kamu memang mate-ku, dan ternyata memang benar.”

yang sedari tadi berbicara tersenyum halus, membawa tautan jemari mereka ke bibir— dicium sekilas. “maka dari itu, aku minta maaf, sunghoon. aku.. aku tidak mau kehilanganmu, aku tidak bisa, aku mencintaimu. aku benar-benar mencintaimu.”

perkataan cinta lepas begitu saja, heeseung tanpa sadar mengucap. terlalu mengikuti apa yang hati suruh untuk katakan.

“beneran..?” suara sunghoon kecil, penuh keraguan. namun itu cukup membuat heeseung berdiri sedikit, bertumpu pada kedua lutut sambil mengangguk berulang kali dengan tangan menggenggam lebih erat.

pertahanan sunghoon runtuh. omega itu menangis lagi, memeluk heeseung erat. tangan gemetar mencengkram bahan baju di punggung alpha-nya.

heeseung memeluk balik, sama eratnya. nafas berubah lega mengetahui omega-nya kembali, walau sedetik kemudian berubah masai karena lelaki itu tidak kuat tahan tangisan.

mereka berdua menghabiskan beberapa menit saling memeluk, menangisi satu sama lain, menyalurkan rasa sakit serta bersalah yang dialami keduanya.

sunghoon menenggelamkan kepala di leher heeseung, mengusal sedikit, “alpha, am i yours? and are you mine?” sebuah pertanyaan mendadak— validasi, ia meminta validasi.

darling, you're mine,” heeseung kecupi pelipis sunghoon, “you're mine as much as i'm yours.

yang lebih muda mengangkat kepalanya, tertawa kecil mendengar kalimat heeseung yang membuat jantung degup cepat. pun ia merebahkan tubuh di sofa, tangan yang memeluk menarik heeseung perlahan agar jatuh diatasnya.

“aku mencintaimu.” sunghoon berucap, ciumi wajah heeseung yang tersenyum lebar menikmati afeksi dari omega-nya.

“aku mencintaimu.” kali ini heeseung berucap, kedua tangan tangkup pipi sunghoon, sebelum akhirnya bibir bertemu bibir. singkat, tetapi menyimpan begitu banyak rasa.

diam, tidak ada yang berbicara. asik pandangi satu sama lain, walau setelahnya heeseung melesakkan wajah ke leher sunghoon, menciumi scent glands hingga telinga. yang lebih muda menggeliat pelan, merasa geli namun tetap mengadahkan kepala— memberi akses pada sang alpha.

heeseung hampir melanjutkan, jika saja ia tidak teringat suatu hal yang sebenarnya tidak penting. “oh iya, besok kan minggu. kita jadi study date, gak?”

“bisa-bisanya kamu mengingat itu sekarang, alpha.”

mereka tertawa setelahnya— scent mereka kembali bersatu dengan kebahagiaan, persis sama seperti saat di festival. berdua mengetahui mau bagaimanapun, akan seterusnya seperti ini,

karena mereka miliki satu sama lain.