miya family : backstabbing
suna menggeram tepat setelah keluar dari markas, memasuki kendaraan beroda empat miliknya. “what the fuck is all of that about?“
tidak usah diragukan lagi. amarah telah kuasai suna sepenuhnya. osamu tertawa kecil lihatnya, sedikit kaget partnernya dari jaman entah kapan bisa segitu terdampak atas perbuatannya.
ia tau apa yang suna maksud namun memilih untuk berakting polos, “hmm apa?“—salah besar. osamu seharusnya tidak begitu. karena suna sekarang menarik kerah bajunya agar mata bertemu mata, menyenggakkan kata-kata tepat di depan wajah,
“lo- lo pelakunya kan? kenapa lo pake laptop gue buat ngelakuin—gak, lebih tepatnya, kenapa lo jebak gue dan gunain akaashi?! bangsat!”
osamu hanya tersenyum miring. memuakkan, bagi suna itu memuakkan hingga tangan cengkram lebih kuat. sebelum yang satu berbicara—suna kembali buka bibirnya. “don't you fucking dare to lie to me, miya osamu. gue sebelumnya bahkan gatau kalau ip gue dipake buat sebarin tentang iwa, semi sama oikawa, dan satu-satunya orang yang bisa lakuin itu cuma lo.”
“even if you didn't say that, i'm still not gonna lie to you, suna. dan ya, gue emang sengaja jebak lo. makasih loh, kemarin udah kabarin ke gue kalau oikawa nanya ke lo. karena dengan gitu gue juga bisa korbanin akaashi, dan buat seolah-olah lo juga pelakunya.”
”... 'korbanin'? does that means, akaashi kerja buat lo?” suna mendengus. kali ini tangan sudah terkepal menyedihkan di stir mobil. kepala diarahkan ke depan. tidak mau melihat osamu.
kekehan dan anggukan adalah awalan dari jawaban pertanyaan suna, “that's correct. lebih tepatnya kerja buat tsumu sih. mungkin itu juga kenapa,” osamu tiba-tiba mengarahkan pistol tepat ke kepala suna, “i decided to betray you because we already have akaashi on our side.“
tidak ada tanda akan orang ketakutan walau pistol diarahkan ke dirinya. malah suna tertawa, kencang, hingga terdengar layak suara ketawa dari seseorang yang sudah hilang tujuan hidup.
“you do know i know you so goddamn well, don't you? gak ada guna lo gini, samu. toh juga akaashi gak selevel sama gue.”
osamu menyeringai. “tau kok. and it's vice versa, suna, lo gak ada apa-apanya kalau gak ada satupun device di tangan lo.”
mau seberapa besar suna ingin mengelak, itu tetap kenyataan. berakhir hela nafas. sudah tidak tau mau berucap apa ke osamu. ia tidak berusaha menyingkirkan pistol, tidak—karena suna tau osamu jelas tidak bisa membunuhnya. dari awal, partnernya itu menodongkan pistol karena ingin suna mengarahkan mobil sesuai yang ia mau, jadi hanya sebagai gertakan saja.
dan itu benar, “let's go to my family mansion, shall we? ah ya, jangan melawan, suna.”
lagian memang suna tidak bisa melawan, selalu patuh terhadap apa yang osamu katakan atau inginkan. begitulah bagaimana mobil melaju ke arah yang osamu mau.