the culprit : guessing game
hajime nyaris menghancurkan pintu rumah tooru, tau jelas pacarnya itu pasti panik walaupun terlihat santai serta sempat mengancam dalam membalas nomor tidak diketahui itu.
untung saja tooru buka pintu di detik akhir dengan mata memerah menahan tangis, tangan gemetar pegang gagang pintu. sial. tooru sudah panic attack duluan.
“hey dumbass, calm down,” hajime berkata halus, tarik tooru ke dalam pelukan sambil mendorongnya perlahan untuk masuk ke dalam rumah. “nafas dulu ya, sayang? nanti kalau udah tenang ceritain perlahan.”
tooru angguk pelan. sekarang mereka berdua duduk di sofa. tangan hajime masih setia menenggelamkan tooru di kehangatan guna menenangkan. sekitar 10 menit dihiasi nafas masai serta tangisan tercekat oleh tenggorokan, sebelum akhirnya tooru relax—bibir terbuka untuk berkata,
“tadi.. di chat mendadak, mungkin sekitar 23 menit aku ngomong di grup nyuruh kamu ke rumah, a-aku kaget. awalnya cuma orang iseng, until they threaten to tell the world about me being an agent and destroy my modeling career.“
selama tooru berucap, hajime tidak berhenti menaik-turunkan tangan di punggung sang model tersebut, mencegah panik untuk datang kembali menghantam tooru.
“itu buat aku gak punya pilihan lain selain iya-in yang orang itu bilang. he wanted us, and semi to come tomorrow at 12 am. ha-hajime, apa gakpapa kalau kita ikutin kemauannya..?”
menurut hajime tidak ada masalah sebenarnya. tetapi tetap saja ini mencurigakan. si anonymous meminta dirinya, tooru serta semi—mereka bertiga notabenenya adalah publik figur yang dipercayai dan punya nama. seakan-akan mau menghancurkan karir mereka.
“gak apa-apa. we'll ask suna to track down this person,” hajime tarik nafas sebentar, “sekalian mau lihat whether it's someone from the outside, or from the inside.“
tooru membelalak, “from the inside?! berarti osa—”
“—maybe, maybe not. rasanya terlalu ceroboh kalau memang mereka berdua yang ngelakuin ini. kan keliatan jelas, belum ada dua hari mereka gabung sama kita,” hajime potong kalimat pacarnya yang mengangguk paham atas penjelasannya yang masuk akal.
“intinya, we can't trust the others right now, tooru. sekalipun semi sama shirabu.”