the culprit : early movement
jam setengah 12 malam, garasi markas. semua sudah datang. kali ini tidak ada outfit khusus atau apapun—hanya baju kasual yang didalam terdapat bulletproof vest sebagai jaga-jaga jika terjadi sesuatu.
“alright, where's my workspace?” suna bertanya setelah yang lain selesai bersiap-siap untuk pergi, masih tidak familiar dengan sekeliling. mata mengerjap sambil tatap kesana kemari sedikit kagum akan nuansa minimalis yang begitu kental.
pun shirabu menjawab— gunakan jemari untuk tunjuk ke arah ruangan tengah di dalam markas. “disitu. you might want to restart it first, kemarin ada orang kayak lo yang pake juga.”
“oh, maksud lo si akaashi?”
shirabu terdiam. suna, tau dari mana? tetapi sedikit masuk akal sih—masih ingat pasti suna-lah yang mengacaukan hacking milik akaashi di malam mereka melaksanakan misi untuk mencuri selembar cek punya atsumu.
“iyaap, betul! as expected of our hacker guy, lo pasti tau aja ya.” tidak. bukan shirabu. melainkan oikawa, yang sedang—uh mungkin, hampir bergelayut ria di lengan iwaizumi. disampingnya terdapat semi yang hanya bisa geleng kepala, capek lihat kelakuan kapten dan wakil kaptennya.
“terus sekarang akaashi kemana?” osamu yang sedari tadi berjalan-jalan, langsung ajukan pertanyaan ketika sudah kembali dekati dimana kerumunannya berada.
“don't know,” jawab semi, “kita lepasin dia gitu aja soalnya.”
setelahnya hanya ada 'oh' dari osamu dan suna, lalu kemudian mereka sadar sudah waktunya untuk pergi. langkah kaki terdengar jelas menuju ke arah mobil. tinggalkan suna yang melangkah berlawan arah menuju ruangan tengah.
ah, entah kenapa, shirabu mendadak merasa takut. ini bukan pertama kalinya ia turun ke lapangan—bahkan mungkin sudah puluhan kali tetapi ada rasa takut gagal lindungi teman-temannya, terutama lindungi semi, itu gerogoti relung hingga nafas tidak sadar berubah sesak.
osamu yang berada di sampingnya seperti menyadari. “shira, kita emang baru aja kenal, but i told you, didn't i? tenang aja. ada gue juga yang siap membantu.”
seharusnya kata-kata itu membuat shirabu relax. iya sih, memang buat shirabu sedikit tenang namun masih ada takut tersisa dalam dirinya. hingga akhirnya shirabu berjengit—tangan semi mengusak rambutnya perlahan, lelaki itu sedari tadi memang berada di belakangnya. perlakuan simpel itu sukses mengembalikan shirabu ke sifat awalnya. tenang.
sedari tadi secara diam diam, iwaizumi mendengarkan dan melihat perlakuan dari depan. senyum kecil muncul tidak diundang di wajahnya, lalu kemudian menghilang,
karena amarah terhadap orang yang telah berani mengancam oikawa mulai menguasai pikiran.