let's go

“aiishh! why won't you guys let me drive?!” oikawa merengek, merasa tidak adil bagaimana iwaizumi lebih memilih semi sebagai orang yang akan mengemudi mobil.

shirabu menghela nafas, lalu jawab pertanyaan oikawa. “kita bakal 100% mati kalau lo yang bawa,”

oikawa hanya merengut mendengar jawaban shirabu tetapi tetap berjalan stabil disamping iwaizumi yang tidak terlalu menghiraukan pertikaian kecil diantara sang model dan si genius.

saat ini mereka sudah berada di garasi kala waktu telah menunjukkan jam 2 pagi, lengkap dengan persenjataan serta outfit khusus yang dipilihkan oikawa tempo hari. iwaizumi menggunakan turtleneck hitam dilapis bulletproof vest dipadukan dengan celana hitam berikat pinggang putih serta dua pistol (specifically, glock 19 and beretta 92fs) yang berada di kedua sisi.

untuk oikawa, ia menggunakan kostum yang hampir sama seperti iwaizumi. bedanya tidak memakai turtleneck—hanya kaos lengan panjang hitam serta luarannya dilapis lagi dengan bomber jacket warna abu-abu gelap agar tidak merasa dingin nanti. juga, ia membawa dua rifle, tangan menenteng remington 700 dan ar-15 yang diselimpangkan di belakang punggung.

diantara mereka berdua hanya semi yang paling berbeda sendiri outfitnya. lelaki berambut abu itu menggunakan haori hitam-putih bergaris dengan kemeja hitam sebagai dalaman kemudian dilengkapi celana abu-abu kebesaran dan katana berada di samping kanan. ada alasan khusus semi memilih menggunakan outfit ini—katanya untuk tetap menghormati darah keturunannya yang mengalir di tubuh.

kalau shirabu, bagaimana? ya tidak berganti outfit. ia tidak ikut, sehingga hanya bisa tatap ketika semi, oikawa dan iwaizumi sudah menaiki mobil. tapi sebelum mereka benar-benar pergi dari markas, shirabu melangkah maju seperti ingin menyampaikan sesuatu ke semi.

pun jendela mobil milik pengemudi langsung turun, “kenapa, shira?” pertanyaan semi layak tertelan udara sangking halusnya suara yang dikeluarkan.

shirabu menggeleng. tangan dibawa naik untuk mengelus kecil rambut semi. lucu, mereka berdua seakan lupa ada iwaizumi dan oikawa yang sedari tadi hanya menahan tawa serta menggeleng-geleng tidak percaya bagaimana bisa mereka belum pacaran.

just.. come home safely.” shirabu menggumam. lantas semi ketawa, cubit hidung yang lebih muda sebagai tanda akan janji tidak terucap bahwa ia bakal pulang selamat.

pada saat itu juga oikawa tidak bisa menahan cengirannya lagi lalu berakhir menggoda semi dan shirabu, “awww cie cie kapan pacarannya nih~”

“oikawa anjing what a fucking way to ruin the mood” semi menggeram, shirabu hanya memutar matanya malas sambil mendesis sebal.

“kalian apa gak capek begini terus tiap hari? udah, ayo pergi. we're almost late.” akhirnya iwaizumi turun tangan kala dirasa sudah terlalu lama mengobrol. pun semi tanpa banyak omong langsung menjalankan mobil keluar dari garasi walaupun sebelum itu sempat memberi senyuman kearah shirabu.

setelah mobil tidak bisa dilihat, shirabu bergegas balik masuk ke dalam markas, menuju ke ruangan tengah dimana akaashi sudah kembali berkutat dengan komputernya.

tidak boleh, tidak boleh ada satupun kesalahan, mau dari dirinya, semi, oikawa, atau bahkan iwaizumi sekalipun—nyawa mereka disini taruhannya.