you’re alive
“ken.. jirou?”
suara semi tercekat, mata mulai kabur kala hati berteriak tidak percaya akan seseorang yang berada di depannya ini. shirabu— astaga, semua yang tadi diucapkan ternyata benar adanya? semi langsung memeluk, tubuh gemetar saat rasa kehangatan menguar dari tubuh yang lebih muda.
hidup, shirabu hidup. semi bisa dengar degup jantung, bisa rasa hembusan nafas terpa leher. hampir menangis jika saja shirabu tidak membuka mulut untuk berucap,
“kak ei, mending kita ke apartment dulu. kakak diliatin orang.”
ah, iya. semi lupa, shirabu sempat ada bilang bahwa orang-orang kemungkinan tidak bisa melihatnya. berarti sedari tadi semi seakan peluk udara kosong, pun akhirnya semi terpaksa lepaskan pelukan dan menahan diri untuk tidak menggenggam tangan shirabu ketika mereka berjalan balik ke apartment.
perjalanan mereka benar-benar cepat. mungkin tidak sampai lima menit, keduanya memang tidak sabar untuk berbicara atau bahkan hanya untuk sekedar menumpahkan kerinduan selama 2 hari terpisahkan.
semi bahkan tidak menyia-nyiakan waktu, langsung kembali memeluk shirabu sesaat setelah pintu tertutup. kali ini tangisan keluar tanpa hambatan.
“dek—“ panggil semi yang sedikit tidak jelas karena sedang tenggelam diantara surai coklat terang milik soulmate-nya, “don’t leave me like that again,*”
shirabu terkekeh. walaupun suara serak akibat tahan tangisan. “i won’t tapi aku gak bisa janji.”
lagian siapa juga yang bisa berjanji akan kehidupan atau kematian? apa yang mereka lakukan sebenarnya sudah salah, menentang kehendak. berdua tau itu— tetapi memilih untuk berpaling muka, memilih untuk kembali rajut cinta.
maka dari itu, beberapa menit kemudian, semi tersadarkan. jauhi badan shirabu sedikit—
“ken, jelasin dulu ke aku. siapa yang bunuh kamu, dan kenapa bisa kamu tau kita kutuk satu sama lain?”