true mates.

mata sunghoon mengerjap pelan. kepala masih berdentum, tapi tidak seburuk sebelumnya. tunggu dulu, ini bukan kamarnya, lalu sekarang dima—

“hey, sudah bangun?”

layak kaset rusak, sunghoon langsung ingat semuanya. mulai dari heeseung yang bilang bahwa dirinya adalah omega-nya, sampai heeseung yang memeluk tubuh dari belakang.

malu. sunghoon malu. tidak berani menatap heeseung disamping, hanya bisa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan tadi.

terdengar helaan nafas pelan, kemudian tangan kanannya ditarik. sunghoon langsung menoleh, bingung mengapa heeseung menarik tangannya.

“ayo, sunghoon.” sunghoon hampir bertanya ‘kemana? buat apa?’ namun heeseung sudah menjawab terlebih dahulu seakan membaca pikiran, “ke sofa ruang tamu, kita perlu bicara.”


“se-sebentar— so you’ve implanted on me? and we’re t-true mates?

sunghoon bertanya tepat setelah heeseung berbicara, memastikan apa yang didengar memang benar.

“iya, benar.” heeseung ketawa kosong, “gak bisa dipercaya, kan?”

menggeleng, sunghoon tidak merasa itu tidak bisa dipercaya. “enggak. masih bisa dipercaya, kak. semuanya jadi masuk akal. mungkin karena itu juga heat-ku jadi datang lebih cepat.”

yang lebih tua mengangguk, tidak tau mau menjawab apa. mereka diam selama 5 menit, atensi pura-pura dialihkan ke senja yang sedang memanjakan mata.

menarik nafas dalam, sunghoon jadi yang pertama bicara. “jadi.. kita sekarang apa, kak?”

heeseung mengerjap bingung. “kita ya kita, sunghoon, maksudmu gimana?”

ah. heeseung ini ternyata tidak cepat tangkap. sang omega hela nafas sedikit kesal, namun ia tau pertanyaannya memang penuh abu.

“maksudku, setelah ini kita gimana, kak? bonding?“ heeseung langsung menggeleng, tepat setelah sunghoon selesai bertanya.

membuat hatinya seakan ditusuk ribuan jarum. alpha-nya tidak mau dirinya. hampir menangis, kalau saja heeseung tidak membuka mulut.

“aku mau kenal kamu dulu, mau buat kita berdua beneran cinta satu sama lain sebelum bonding. aku juga belum courting kamu, jadi aku mau lakuin itu.”

pipi sunghoon memerah. terutama sekarang tangan heeseung bermain-main dengan jemarinya, sebelum akhirnya tangannya dibawa naik dan dicium perlahan oleh sang alpha tepat di pergelangan tangan.

gila, ini gila. heeseung gila. sunghoon sampai tidak tau mau bagaimana, tangan berakhir ditautkan satu sama lain.

“sunghoon,” heeseung memanggil, sunghoon berdeham. “karena ini udah mau malam, gak apa-apa kamu nginap disini? nanti aku bakal tidur di sofa kok.”

yang lebih muda mengangguk, “gak apa-apa, kak. tapi aku perlu kabarin orang tua-ku.” sunghoon mengambil handphone-nya yang masih berada di kantong, sedikit terkejut melihat banyaknya notifikasi dari teman-temannya. terutama jake.

“oke.” adalah jawaban heeseung, yang sekarang berdiri dan berjalan ke arah dapur, tidak ingin mengganggu privasi sunghoon sekaligus ingin memasak sesuatu untuk makan malam.

tetapi sebelum sampai ke dapur, heeseung berhenti dan berbalik. “sunghoon,” ia memanggil dengan nada yang halus.

“iya?” sang omega menoleh, tanpa sadar menatap menggunakan mata penuh afeksi.

“setelah ini jangan panggil aku ‘kak’ lagi, because we’re..” heeseung menutup bibir sejenak, bagai ragu untuk berkata yang mana membuat sunghoon mengerjap bingung,

we’re true mates after all.