That's How We Roll (3/3)
“Heeseung, lo yakin ini lokasinya bener?”
Sunghoon bertanya tepat saat ia turun dari mobil, menoleh kearah Heeseung yang melakukan hal yang sama. Mereka berdua membawa mobil masing-masing— Ford Mustang dan Acura NSX yang baru saja diambil tadi— karena yang lebih tua menyuruh begitu. Entah apa yang direncanakan.
Heeseung mengangguk, “Bener kok.” Sunghoon diam saja sehabis itu, tetapi mata tetap memandang sekitarnya skeptis. Terutama sekarang berada di Distrik Ikurugi, yang bukan teritorialnya.
Sepi, terlalu sepi. Sunghoon bahkan bisa mendengar langkah derap kaki sendiri. Rumah tingkat dua yang dikunjungi terlihat mustahil menjadi kediaman ketua Hakanai— tidak ada gerbang, tidak ada penjaga. Kosong.
Bisa jadi jebakan. Tangan was-was berada di kantong, bersiap mengeluarkan pistol kesayangannya, dan ketika telinga menangkap suara pergerakan dari belakang, Sunghoon langsung berbalik— mengarahkan pistolnya ke seorang lelaki tinggi berambut hitam yang juga melakukan hal yang sama.
Lelaki itu tidak sendirian. Ada sesosok lelaki mungil dibelakangnya, memegang pistol gemetaran. Mungkin takut akan Heeseung yang melakukan hal yang sama dengannya— pistolnya tepat berada di kepala.
Empat pistol di udara, tidak ada yang berbicara atau bergerak. Oksigen seakan menipis disebabkan tegangnya situasi diantara mereka.
“What the fuck are you doing here, Ethan Lee?” Lelaki jangkung itu berbicara, mengarahkan pandangannya ke Heeseung lalu melirik Sunghoon sekilas, “Oh. Is this your little prince, the one who killed three of my men?”
Heeseung tertawa sarkas, “Lo tau kenapa gue disini, Nishimura Riki.” Ia melirik kearah lelaki mungil disamping Riki, “Oh. Is this your sit-still-and-look-pretty baby, what's his name again?— right, Kim Sunoo. My bad.”
Sengaja, Sunghoon tau Heeseung sengaja meniru apa yang Riki ucapkan dan memanggil mereka berdua dengan nama asli. Sebuah tawa tertahan di tenggorokan melihat wajah Riki berubah, terkonsumsi emosi.
“Siapa yang kasih lo izin buat manggil nama asli gue dan pacar gue?” Riki menggeram, pistol beralih ke arah Heeseung, “I'm gonna blow that head of yours after saying those things about Sunoo right in front of my face.”
“Riki, n-no, don't kill him,” Itu Sunoo, akhirnya berbicara. Tangannya yang semula memegang pistol, beralih menggenggam ujung kimono modern yang digunakan pacarnya.
Sayang sekali permintaan tidak didengar. Riki bersiap menarik pelatuk, yang mana Sunghoon juga langsung berlaku sama— tidak mungkin akan membiarkan Heeseung dibunuh begitu saja.
Tetapi alih-alih merasa takut ditembak, Heeseung terkekeh. “See? Lo sendiri marah walau gue cuma sekedar ngomong tentang pacar lo, dan lo berani-beraninya nyulik kepunyaan gue. If I don't have any patience at all, you're the one whose head would get blown already.”
Sunyi melingkupi mereka berempat. Riki seperti berpikir, karena mau bagaimanapun perkataan Heeseung benar adanya. Pun sang ketua Hakanai itu menghela nafas, “Alright. Mau lo apa?”
Senyum kemenangan langsung bingkai wajah Heeseung. “Balapan. Kita berempat. The winner gets to ask everything from the loser, as usual.”
Astaga. Sunghoon sebisa mungkin tidak membelalak, pantas saja lelaki itu menyuruhnya membawa mobil sendiri— ternyata untuk balapan. Ia merasa darah berdesir cepat, bersemangat mencicipi adrenalin lagi.
“Oke, kita balapan berempat. Tapi karena Sunoo ikut, lo berdua harus di posisi pertama dan kedua berturut-turut, baru kalian menang. Kalau gue ada di posisi pertama, dan Sunoo posisi ketiga atau keempat, Hakanai tetap pemenangnya.”
Mendengar ketentuan dari Riki membuat Sunghoon bertanya-tanya, apakah Sunoo bukan pengendara yang baik? Dilihat-lihat dari bagaimana lelaki itu seperti ketakutan, jawaban dari pertanyaan Sunghoon kemungkinan 'ya, memang bukan.'
Namun Heeseung hanya menanggapinya dengan menaikkan bahu tanda tak peduli, “Terserah. Ayo langsung balapan aja.”
Empat mobil— Ford Mustang, Acura NSX, Mercedes AMG, Porsche Cayman— berjejer rapi didepan lampu merah, menunggu berganti menjadi hijau agar pedal gas dapat diinjak sekuat tenaga.
Karena tidak ada orang yang bisa mengawali balapan, berempat sepakat untuk balapan di jalanan yang ramai akan mobil lain berlalu-lalang— menambah tingkat kesusahan.
Sunghoon menghembuskan nafas, kala lampu berkelip kuning. Ayo, ayo, ayo. Cepatlah berubah menjadi hijau— Sunghoon tidak sabar. Ia benar-benar tidak sabar kalahkan semua orang. Termasuk Heeseung.
Kepala menoleh ke kiri, pun mata bertemu mata. Sunghoon layangkan tatapan mengejek, lalu berbicara tanpa suara, “I'm gonna beat you.”
Heeseung menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum, membalas perkataan Sunghoon dengan “You wish, little prince.”
Seolah-olah tidak ada Riki maupun Sunoo, dan hanya ada mereka berdua yang akan balapan. Sunghoon melupa fakta mereka di sisi yang sama, malah menjadikan Heeseung sebagai target yang akan ia kalahkan.
Begitu atensi Sunghoon kembali ke depan, lampu langsung berubah hijau. Kaki sontak injak pedal gas, mobil melaju diantara ketiga mobil lainnya yang ikut meluncur.
Baru saja dimulai, namun rasanya sudah menyenangkan. Sunghoon banting stir kesana-kemari, menghindari mobil yang memenuhi jalanan. Posisi sekarang berada di tempat ketiga, dibelakang Riki dan didepan Sunoo. Heeseung? Oh, tentu saja, lelaki itu berada di paling depan.
Sial, Sunghoon merutuk dibawah nafasnya. Riki sedari tadi menghalanginya, seakan lelaki jangkung itu tau segala gerak-gerik yang akan dilakukan. Tetapi itu tidak berlangsung lama, Sunghoon langsung tertawa— ah, anak itu masih perlu belajar banyak.
Riki melakukan kesalahan yang sama seperti yang ia lakukan kemarin, saat mencoba mengalahkan Heeseung. Terlalu cepat mengaktifkan gas nitro hanya karena sebentar lagi garis finish.
Berbeda dengan Sunoo, Sunghoon perhatikan dari kaca tengah— lelaki itu sama sekali tidak mengaktifkan nitro, tidak juga berkendara lambat. Setidaknya, ia cukup baik dalam menipiskan jarak diantara mereka.
Tangan Sunghoon mulai meraba tangki gas nitro dibelakang persneling. Belum, sebentar lagi— hati menahan diri, dan ketika garis finish hanya sisa beberapa meter serta gas nitro milik Riki habis, Sunghoon langsung memutar tutupnya yang membuat mobil langsung melaju cepat.
Entah bagaimana, Heeseung mengaktifkan gas nitro bersamaan dengannya, sehingga sekarang mobil mereka melesat dengan kecepatan yang sama sampai lewati garis finish.
Menang. Sunghoon dan Heeseung sama-sama menempati posisi pertama, disusul oleh Riki, lalu Sunoo. Keempat mobil berhenti secara acak, dan semuanya langsung keluar dari mobil.
“Kita menang, Riki.” Heeseung merangkul Sunghoon, menatap Riki yang juga ikut merangkul Sunoo.
Lelaki pemimpin Hakanai itu hanya menghela nafas pasrah, “What do you want me to do?”
“I want you to unite with my gang, under my lead.”