That's How We Roll (2/3)

cw // slight nsfw, kissing, making out


Ceklek.

Pintu kamar terbuka, Sunghoon tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa itu. Tetapi tetap saja, kaki berdiri— berjalan mendekati lelaki yang tersenyum lebar dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang.

“Hey,” Heeseung menyatukan dahi keduanya, “How's your sleep, love?” Suara yang lebih tua lembut, sarat akan afeksi.

Love. Sunghoon melemah, tulang rusuk nyeri menahan jantung agar tidak keluar akan kencangnya degupan. Kedua tangan dengan gemetar naik, tangkup kedua pipi Heeseung, lalu menyatukan bibir dengan bibir begitu saja.

Sama sekali tidak peduli pertanyaan Heeseung menggantung di udara, merasa tidak perlu ada jawaban verbal. Sunghoon melumat pelan bibir lelaki itu, langsung dibalas dengan lumatan yang lebih terburu. Pun tangan Heeseung perlahan turun dari pinggang, mengarah ke kedua paha Sunghoon untuk mengangkat yang lebih muda.

Pekikan kaget saat diangkat teredam, kala lidah Heeseung menyusup masuk— melilit lidah yang lebih muda, kemudian menjilati seluruh isi mulutnya tanpa jeda.

Pening, Sunghoon benar-benar pening. Akal sehat mulai tertutupi kabut, sama sekali tidak sadar sudah direbahkan di tengah kasur dengan Heeseung memenjarakan tubuh. Hanya bisa pasrah membiarkan bibir dicumbu hebat sambil meremat helaian rambut di tengkuk yang lebih tua.

Ciuman terlepas beberapa detik kemudian. Berdua tersengal meraup nafas sebanyak-banyaknya. Sunghoon membuka belah bibir, bermaksud ingin berkata, namun Heeseung mendahuluinya— kembali menyatukan bibir keduanya.

Lidah kembali beradu, kali ini Sunghoon mencoba mengimbangi. Melilit balik lidah Heeseung sambil menghisapinya kuat. Namun saat geligi ikut bermain, Sunghoon mendesah kecil, berakhir memberi kendali pada Heeseung sekali lagi.

Ciuman yang diberi berubah lebih intens, jauh lebih intens dari yang pertama. Sunghoon kewalahan, nafas sudah menipis— tangan gemetar mencoba menarik Heeseung menjauh.

Untung saja lelaki itu patuh, membiarkan diri ditarik menjauh. Sunghoon menatapnya sayu, bibir membengkak terbuka menarik nafas dengan saliva terhambur di dagu. Tanpa sengaja mengundang Heeseung untuk berlaku lebih.

“Sial,” Heeseung menggumam dibawah nafasnya, mulai menenggelamkan wajah ke perpotongan leher Sunghoon yang langsung mendongak— memberikan akses sepenuhnya.

Hidung Heeseung menggesek pelan garis leher Sunghoon, membuat Sunghoon merengek. Bukan ini yang diinginkan, ia mau lebih. Mau ditandai, mau ditutupi dengan ruam merah hingga semua orang tau ia milik Heeseung.

Tangan mendorong kepala Heeseung lebih dalam, memaksa lelaki itu untuk melalukan lebih. Heeseung terkekeh, sebelum akhirnya menggigit tepat di titik paling sensitif yang mana memicu rintihan dari belah bibir Sunghoon.

Saat Sunghoon sudah mulai masuki kondisi subspace akibat stimulasi di leher, Heeseung malah menjauh seakan mengingat hal penting. Pun yang lebih tua secepatnya membubuhi ciuman halus di wajah Sunghoon, sebuah aksi berlaku sebagai penenang agar Sunghoon tidak merasa seperti tidak diinginkan.

“Kita perlu bicara, shit,” Heeseung memotong perkataan sendiri akibat Sunghoon yang menciumi rahangnya, bersamaan dengan bagian bawah yang bergesek, “Berhenti, cantik— come on, we need to talk.”

Perkataan Heeseung sama sekali tidak digubris. Sunghoon masih asik menciumi, bahkan berani menghentakkan pinggul keatas— mencoba menggoda Heeseung.

Tangan Heeseung sontak berubah mencengkram kuat pinggang Sunghoon, geraman penuh amarah terdengar. “Obey, pretty doll.”

Satu perkataan saja cukup membuat Sunghoon membeku. Ada rengekan tertahan di tenggorokan, ini gila— Heeseung terdengar berbeda, layak ada sebuah keharusan baginya untuk menunduk patuh.

Anggukan jadi jawaban, Sunghoon tidak berani membuka mulut. Melihatnya, Heeseung menghembuskan nafas pelan, lalu mencium kening yang lebih muda. “Sorry, gue gak bermaksud takutin lo.”

Sunghoon menggeleng, “Gak apa-apa. Ayo bicara, tadi katanya mau bicara, kan?” Tangan Sunghoon mengalung di leher Heeseung, perlahan menariknya kedalam pelukan— persis seperti tadi siang.

“Iya. Gue cuma mau bilang malam ini gue mau ke tempat ketua Hakanai. You know, to teach them a lesson for doing that to you.”

You don't have to—”

—I'm not done talking, pretty,” Heeseung tertawa setelah memotong perkataan Sunghoon, “Lo mau ikut gak?”

'“Hah?” Sunghoon mengerjap bingung, tidak mengerti Heeseung mengajaknya ikut kemana.

Do you want to teach them a lesson together with me?”

Bodoh. Tanpa bertanya, Sunghoon pasti mau.