Tell Me What You Know (3/3)
Tidak, tidak, tidak.
Sunghoon tidak bisa bernafas, relung bak dililit ratusan duri, jantung berdegup tak karuan akibat rasa takut. Mata kabur lihati Heeseung, tangan berusaha gapai lelakinya— sakit, terlalu sakit. Heeseung tidak berlaku apapun, bahkan tatapan tidak lagi memegang kehangatan yang biasa dipancarkan kala melihat dirinya.
“Heeseung.. ma-maaf, Heeseung, tolong,” Sunghoon menggeleng kesana-kemari akan panik, air mata tidak berhenti mengalir, “Maafin gue.. gu-gue gak tau apa-apa, gue lakuin itu biar g-gue bisa hidup, gue gak tau, ma-maaf.”
Tangisan tambah merobek hati saat Heeseung masih tidak berucap apa-apa, berdiri layak patung tanpa emosi, sama sekali tidak melihat Sunghoon. Dingin, Heeseung dingin, tangan Sunghoon membeku ketika mencoba menggenggam.
“I-I lo-love you, Heeseung, p-please, I love you more than anything.. I'm so-sorry, I'm sorry, I'm sorry, don't.. I don't wanna l-lose you, please, sorry.”
Mengoceh tak karuan, Sunghoon hanya bisa mengulang pernyataan 'maaf' berulang kali, walau diri sudah tau perbuatan tidak bisa dimaafkan.
Sunghoon bahkan tidak mau memikirkan betapa terluka Heeseung sekarang— bayangkan saja, orang yang paling disayangi ternyata adalah pembunuh orang tua yang telah dicari sejak dahulu.
Tetapi keduanya sama-sama terluka akan kenyataan. Heeseung ingin berakting seakan bukan Sunghoon pelakunya, dan Sunghoon ingin bebas dari lautan penyesalan.
Pada akhirnya, Sunghoon mengetahui, ini saatnya diri lepaskan Heeseung. Sedari awal, hubungan keduanya hampir mustahil bisa bertahan lama— sekarang sudah lebih dari mustahil Heeseung akan melihatnya dengan rasa cinta sebesar dulu, sebaliknya lelaki itu akan melihatnya penuh benci.
Perlahan kedua tangan Sunghoon tangkup pipi Heeseung, dahi menyatu penuh perih— gumaman keluar bersamaan isakan, “I'm sorry.” Sunghoon pun melepas. Berjalan menjauh, tidak mempedulikan teriakan dari Jay, Jake, dan Riki yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
Beruntung ada mobil menganggur diujung jalan, Sunghoon pecahkan kaca secara paksa, merenggut mobil itu dari pemilik aslinya. Mata sempat tangkap Heeseung— masih saja berdiri tanpa mau melirik kearahnya sedikitpun— sebisa mungkin menanam lelaki itu di memori sebagai obat akan luka menganga di hati.
Dan kala suara mobil pergi menjauh, Sunghoon tau ini adalah terakhir kalinya melihat Heeseung, sehingga setir tanpa sadar mengarah ke jembatan Enorme yang merupakan jalan ke Chesterpolis,
Sunghoon mencoba kembali ke kehidupan palsunya, menyedihkannya berharap bisa lupakan Heeseung dengan cara itu.