take a turn
“suna,” osamu memanggil kala mereka berdua duduk di karpet dekat kasur. alpha itu baru saja datang beberapa menit yang lalu, gunakan hoodie hitam kesukaannya.
“hm?” jawabannya halus. seakan tertelan udara. jemari suna usak rambut osamu, sengaja keluarkan scent-nya untuk lingkupi mereka berdua guna tenangkan omega itu—secara non verbal berkata ‘say what you have in mind, it’s fine.’
secara insting, badan osamu condong ke arah sentuhan suna dan matanya tertutup sambil tersenyum tenang. ia selalu suka kalau suna seperti ini, saat dirinya sedang dalam keadaan bingung apakah tidak apa-apa bila ia bertanya tentang hal yang sedari tadi siang ganggu pikiran.
“suna,” panggil lagi dalam gumaman, “tadi pagi.. waktu lo bikin indomie buat gue.. apa lo bareng sama kak kita? i could smell his scent all over you and your room,”
elusan di rambutnya berhenti sebentar. tetapi dilanjutkan ketika suna menjawab, “enggak. i’m not with him. tadi dia di kamarku cuma mau ngomongin tentang masalah dorm doang.”
hilang. senyum osamu hilang. suna, kenapa ia bohong lagi? padahal jelas jelas sudah dikata bahwa osamu tangkap scent milik kita. kalau suna tidak bersama kita, maka darimana pula alpha itu bisa dapatkan scent-nya.
padahal osamu tidak apa-apa jika memang suna bersama kita. malahan ia akan kenapa-napa kalau suna berbohong seperti ini. karena seakan kecurigaannya terhadap suna dan kita benar adanya.
mereka hening sehabis itu, rasanya tidak lagi nyaman bagi osamu. hati sekarang campur rasa kesal, amarah, lalu sedikit rasa.. terkhinati? entah. tenggorokan bagaikan diterobos tongkat besi panas menahan tangisan keluar.
“oh iya, samu,” suna tarik jemari yang sedari tadi berumah di rambut osamu, “gue mau tanya.”
“tanya aja.” suara osamu terdengar lirih. sempat buat suna terhenyak, tapi diabaikan.
“kalau gue courting lo, apa lo mau?”
candaan macam apa ini? osamu tanpa sadar tertawa, walau pikiran berteriak ‘bodoh! suna serius padamu! kenapa tertawa?!’. hanya saja sayang sekali— osamu masih tenggelam dalam rasa yang menusuk relung akibat suna yang berbohong tadi.
di sela tawaan, osamu berkata “serius?” dengan nada yang sebenarnya tidak mau terdengar bagai mengejek namun jatuhnya begitu.
“.. enggak, forget about it, haha.” suna tersenyum paksa. disitu baru osamu sadar— diri sudah kelewatan terhadap alpha yang ia sukai.
uh-oh. osamu baru saja membuka mulut untuk meminta maaf, tetapi suna sudah berdiri duluan. “ini udah malem. lo mau nugas kan? gue balik aja ya,”
‘enggak, jangan,’ pikiran osamu melarang, yang keluar dari bibir malah “iya.”
ketika suna pergi, barulah hidung tangkap scent segar milik alpha itu berubah begitu menusuk— khas seseorang sedang dalam keadaan tersakiti.
kali ini osamu benar-benar fucked up.