stay here
kalau tadi saat di chat semi tidak merasa seperti pengecut, sekarang ia berasa seperti itu. daritadi berdiri layak patung depan pintu rumah shirabu, tangan yang ingin mengetuk seakan tidak bisa karena tidak diperintah otak.
aduh, sial. jantung terlalu berdegup cepat. buat kepala sedikit pusing. semi hela nafas untuk kesekian kalinya, bagaimana ini? cepat atau lambat, shirabu pasti akan buka pintu dan itu akan sangat memalukan jika sang genius melihatnya termanggu tidak jelas depan pintu.
akhirnya setelah 10 menit berdiri layak orang bodoh, semi memutuskan untuk persetan akan semuanya, pun tangan ketuk pintu. bahkan belum sampai dua ketukan,
shirabu sudah membuka pintunya. ah, gila. semi mau gila. shirabu, ia terlihat begitu lucu dengan hoodie abu-abu dan celana pendek selutut.
rasa ingin membuat shirabu kenjirou sebagai pacarnya langsung melonjak drastis.
“oi sialan, lo mau masuk apa gak?”
disitu semi baru sadar ia melamun, pantas saja shirabu melihatinya dengan jijik serta bingung jadi satu.
“iya iya anjir, jangan marah,” semi berkata sambil masuk ke rumah shirabu yang tidak lagi asing baginya.
“siapa yang marah???? dasar kakek kakek gila,”
walaupun di akhir-akhir kalimat shirabu menggumam, semi tentu saja masih mendengarnya.
ia mencubit pipi shirabu dengan sedikit keras, “apa lo bilang tadi, rambut diagonal?”
“KAKEK KAKEK GILA LO SINTING!” shirabu berteriak kesakitan. cubitan semi tidak main-main, bahkan sepertinya pipi mulai hilang rasa.
sontak shirabu gapai tangan semi yang masih mencubit pipinya, kemudian membanting lelaki itu kebawah dengan cukup brutal. semi yang terkejut hanya bisa mengaduh merasa sakit mulai menjalar di bagian punggung.
uh, oh. saat semi berdiri, ada senyum mengerikan mulai terpampang di wajah, dan mungkin, shirabu merasa sedikit menyesal.
karena ia tau apa yang semi kala lelaki itu pasang kuda-kuda—mengajak dirinya untuk lakukan pertarungan tangan kosong.
shirabu berdoa tulangnya tidak akan ada yang patah.
mereka berakhir dengan berkelahi 25 menit lamanya, dimenangkan oleh semi karena shirabu tidak memiliki fisik yang lebih kuat dari lelaki rambut abu abu itu.
“i won, you little shit,” semi berkata di sela nafas yang terengah dengan nada mengejek, dan shirabu hanya bisa mengangguk lemah sambil mencoba untuk mengatur nafasnya kembali.
tetapi mungkin semi terlalu serius saat berkelahi tadi, rasa bersalah mulai muncul ketika lihat shirabu tidak bisa berdiri walaupun telah mencoba.
“hey, maaf—gue gendong ke kamar ya?” suara semi kali ini halus, shirabu seperti tidak bisa berkata tidak.
saat sampai di kamar, semi langsung rebahkan shirabu perlahan— “tidur. biar lo besok gak kesakitan pas misi nanti.” lalu berbalik untuk pulang ke rumah, sebelum akhirnya shirabu menahan tangannya,
“don’t go. stay here, please.”