red rose

“hey, darling.” heeseung menyapa tepat ketika sunghoon masuk ke dalam mobil. “maaf ya, semalam aku hilang begitu aja.”

yang lebih muda tersenyum, “aku kan udah bilang gak apa-apa, alpha.” jemari sunghoon dimainkan perlahan oleh heeseung, alpha itu ikut tersenyum sebelum akhirnya mengambil sesuatu disamping kursi pengemudi-nya.

setangkai bunga mawar merah.

sunghoon mengambil waktu untuk mengagumi bunga itu. diputar-putar kecil oleh jemari, setelah diberi oleh heeseung. kepala menggeleng, “heeseung, kamu tidak perlu memberiku hadiah setiap hari.”

“tentu saja perlu.” sang alpha tidak setuju, “aku sedang courting kamu. itu hakmu untuk mendapat hadiah, dan kewajibanku untuk kasih kamu hadiah.”

secara kikuk, sunghoon hanya bisa mengangguk setuju. takut apabila menolak, malah membuat heeseung marah. entah dari pertama masuk mobil sampai sekarang lelaki itu sedang berakting, atau menyembunyikan sesuatu— sunghoon bukan orang bodoh. jelas sekali scent heeseung terasa suram di indera penciuman.

tetapi ada suatu hal yang lain melekat di scent lelaki itu, sesuatu yang membuat sunghoon merasa aneh seakan tubuh jadi terbakar dan telak berada dibawah kontrol heeseung. hanya saja, sunghoon memilih untuk tidak memikirkannya.

apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?

pikiran sunghoon bertanya, mendamba jawaban dari alpha-nya. namun belah bibir tidak pernah terbuka mengeluarkan suara. memendamnya sendiri, mencoba mengetahui sendiri— menebak-nebak bahwa penyebabnya kemungkinan pesan yang membuat ekspresi wajah heeseung berubah saat mereka akan pulang dari festival.

pertanyaan tambah menggerogoti pikiran setelah heeseung tidak melakukan scenting padanya ketika sampai sekolah— hanya ada usakan di rambut, ditambah ucapan “see you, darling” yang sunghoon sendiri tidak tau mengapa namun terasa begitu hampa.

bingung, sunghoon sekarang total bingung dengan kelakuan aneh heeseung.