red eyes
cw // slight mature content.
hilang kendali. heeseung total hilang kendali. tidak tau apa yang merasuki diri, sekarang sibuk mengusap scent-nya secara kasar di leher sunghoon tepat di scent glands-nya— seakan-akan tidak boleh ada scent lain selain miliknya di tubuh omega itu.
tubuh sunghoon masih di dekapan, terjebak antar dinding dekat pintu apartment dan tangan heeseung. mereka berdua sudah tidak sadar, feromon bergantung di udara, dengan bibir berkelahi satu sama lain.
heeseung geram, layak hewan buas— sunghoon mengecupi dagunya, sambil melirih berulang kali tepat di telinga, “alpha, sakit— al-alpha, please.”
tali kewarasan terputus begitu saja. sang alpha angkat omega-nya, berjalan tergesa ke kamar. tanpa sengaja, heeseung lihat wajahnya di cermin bulat yang dipajang di ruang tamu dekat kamar—
sebentar. matanya, warna matanya berubah merah.
sontak heeseung berhenti. pikiran kembali waras, tersadar akan apa yang hampir ia lakukan. gila, seharusnya sedari tadi beri sunghoon suppressant yang telah ada di kantong celananya, bukan malah tergoda lalu membawa omega itu pulang.
dan masalah warna matanya, heeseung masih tidak bisa percaya, namun memilih untuk memikirkan hal itu nanti. terutama sekarang sunghoon merengek. bingung mengapa sang alpha berhenti.
lantas heeseung secepat kilat ambil satu pil suppressant dengan satu tangan, “minum, sunghoon.” langsung disodorkan depan bibir yang lebih muda. tetapi sunghoon menggeleng, bibir tertutup rapat tidak mau menurut.
melihatnya, heeseung hela nafas kasar. benar-benar tidak mau memerintah sang omega, tapi mau bagaimana lagi? apabila tidak diminum sekarang, heeseung tidak yakin kesadarannya akan tetap ada.
“minum.”
sunghoon buka mulut layak perintah heeseung bagai mantra pada diri. langsung menelan pil kecil warna putih itu, sesaat setelah heeseung berikan air putih di meja samping mereka.
beberapa menit kemudian, seakan tersadar, sunghoon memberontak. menangis-nangis sambil memukul dada heeseung— meminta dilepaskan dari gendongan. heeseung paham, sunghoon seperti itu karena efek dari suppressant belum muncul, sehingga langsung dilepas.
heeseung sudah siap kena amuk atas aksinya, tetapi ia kaget ketika sunghoon tidak mengamuk, melainkan berkata—
“hee— a-alpha, kenapa.. kenapa menyuruhku meminum pil itu? a-am i.. not a good— not a good omega for you..?” tubuh omega itu bergetar, tangisannya berubah pelan. tidak sekencang tadi.
hati heeseung seperti jatuh ke dasar bumi paling dalam mendengarnya, lalu seperti diremas kuat karena sesaat setelah heeseung mendekat dengan bibir terbuka untuk berkata, sunghoon berbalik badan. tidak mau melihat sang alpha.
itu adalah sebuah gestur jika seorang omega merasa ditolak oleh alpha-nya— mengetahui itu, heeseung spontan memeluk sunghoon dari belakang karena insting.
bisikan-bisikan penuh kasih sayang dilontarkan di telinga, “hoon, enggak, you’re a good omega. gue— a-aku cuma gak mau nyakitin kamu.”
“beneran?” suara sunghoon kecil. penuh keraguan. jemari-jemarinya naik, tanpa sadar terikat begitu mudah dengan jemari-jemari heeseung yang memeluk tubuh.
heeseung hanya mengangguk. ia kemudian bisa merasa tubuh sunghoon mulai melemas, pun langsung secara sigap ditahan sebelum jatuh ke lantai.
suppressant-nya telah bekerja, sehingga sunghoon akan tidur mati untuk beberapa jam.
sang alpha menghela nafas. mengangkat tubuh sunghoon secara bridal style, kemudian menaruhnya perlahan di kasur kamarnya, dengan diri yang kemudian duduk di kursi samping kasur.
melihati sunghoon, pikirannya kembali lagi. tentang matanya. ah, tentu saja. semua jadi masuk akal— alasan dibalik sifat heeseung yang berubah sekejap disekitar sang omega, sunghoon yang melepaskan feromonnya ke heeseung saat pre-heat, kemudian kejadian tadi juga. sunghoon yang tidak memarahinya, dan malah merasa tertolak oleh heeseung.
sial, pantas saja sisi alpha-nya telah anggap sunghoon sebagai omega-nya. ia benar-benar melakukannya,
heeseung implanted on sunghoon, accidentally.