old vinyl and black tea.

cw // strong displays of dominance.


nafas omega itu benar-benar kacau. lagian, siapa juga yang siap untuk memaksa tubuh berlari di pagi hari, apalagi dengan matahari yang sudah lumayan menusuk kulit.

pun langkah kaki memelan saat gerbang sudah terlihat di mata, dada naik turun mencoba mengatur nafas secara perlahan.

ketika sudah begitu dekat, omega itu— sunghoon, berakhir mengernyit bingung. waktu di jam tangan masih tunjukkan pukul 7.25, ada sisa waktu 5 menit, lantas mengapa gerbang sudah ditutup?

“pak, permisi,” sunghoon panggil bapak security yang sedang duduk santai di posnya, “kalau boleh tau, mengapa gerbangnya sudah tertutup? bukankah seharusnya masih terbuka?”

jawaban yang didapatkan adalah geraman penuh amarah, membuat sunghoon terkejut karena ia yakin sudah bertanya dengan sopan. tanpa sadar, salah satu kaki mengambil satu langkah kebelakang— tanda bahwa ia takut, mau bagaimanapun ia adalah seorang omega, dan bapak-bapak itu adalah seorang alpha.

geraman tak berhenti, “banyak tanya,” security itu menghela nafas kasar, “gerbangnya tidak akan dibuka lagi sebelum jam-nya. salah sendiri datang mepet waktu.”

ah. rasanya sunghoon ingin menangis. salah apa sampai diperlakukan seperti ini? kakinya pegal, emosinya memuncak, dan ia terpikir tentang nilai kimia nya yang sudah pasti akan bernilai kosong— pagi ini benar-benar terburuk.

sunghoon sudah hampir ingin kembali ke rumah, sebelum akhirnya ada suara dari belakang—

“buka gerbangnya, pak. sekarang masih belum waktunya gerbang ditutup.”

seorang alpha, sunghoon bisa merasakannya. bisa merasakan dominansi yang begitu kuat terpapar lewat scent beraroma seperti vinyl tua bercampur dengan sedikit harum uap teh hitam panas.

alpha itu sedang memerintah. bukan kepada dirinya, namun sunghoon sudah hampir kehilangan akal sehat akibat sisi omega-nya yang terkena efeknya. kakinya melemas, bergetar tak karuan menahan tubuh agar tidak jatuh terduduk untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang alpha.

walaupun begitu, sunghoon masih bisa melihat dari pandangan yang lumayan kabur bahwa yang paling tua diantara mereka bertiga tambah terbakar emosi. seorang alpha mana mau diperintah oleh alpha yang lain— terutama apabila alpha yang memerintah jauh lebih muda.

“enak saja, memangnya kau sia—”

“—buka, pak. sekarang.

ini gila. sunghoon menutup mata takut, menggigit bibir kuat, dan gagal mengatur nafas yang begitu masai— tidak, dirinya terlalu terpengaruh. ia tidak sangka alpha dibelakangnya dapat memerintah begitu mutlak hingga security itu, yang notabenenya alpha lebih tua, mengikuti perkataannya. suara gerbang terbuka menjadi bukti.

“maaf.”

mata sunghoon langsung terbuka, menatap ke samping dimana alpha itu sekarang berdiri— astaga. bibir tanpa sengaja terbuka sedikit, mata berkedip berulang kali saat ia bisa mengenali alpha itu; heeseung. lee heeseung, grade 12.

mereka diam. tidak ada yang berbicara. sunghoon masih memandangi heeseung, walau tubuhnya sudah mulai tenang— tidak seperti tadi yang begitu lemah akibat scent penuh autoritas milik sang alpha.

setelah 2 menit, heeseung jadi pematah kesunyian diantara mereka. “sana, masuk. nanti telat.” alpha itu membuang muka saat selesai berucap, sehingga sang omega tidak yakin apa yang lebih tua melihatnya mengangguk sebagai jawaban.

namun sunghoon tidak percaya dengan suaranya sekarang, pasti akan bergetar apabila ia berucap satu kata sekalipun.

pada akhirnya, ia hanya menunduk kecil sebagai adek kelas yang sopan dan melangkah duluan—

sunghoon pergi, dengan jantung berdegup tidak karuan, dengan scent heeseung melekat begitu kuat di indera penciuman, dan bibir tanpa sadar bergumam, “alpha, my alpha.