miya family : showdown (1)

tidak ada yang berbicara. semua menaikki mobil dengan diam. udara yang dihirup ironisnya begitu berat—kelima orang di dalam mobil sama-sama tegang, sama-sama waspada.

kalimat yang biasanya ada seperti tertelan begitu saja, hampa. hanya shirabu yang berani bertanya ketika masih menyiapkan diri masing-masing di markas. itupun bertanya karena ingin tau seberapa mahir osamu menutupi perbuatannya.

“samu, suna kemana? kok gak datang kesini?”

ada ekspresi kaget melukis wajah osamu, namun tidak butuh satu detik untuk berganti. “don't know. dia bilang lagi gak enak badan, terus juga kita gak perlu bantuannya dia kok buat ngelaksanain rencana ini.”

setelah itu shirabu jawab dengan anggukan. begitulah bagaimana percakapan pertama serta terakhir (untuk sekarang) mati begitu menyedihkan. sekarang cuma dihiasi suara mesin mobil, serta pemandangan yang menatap bisu sambil berjalan menjauh.

secara diam-diam, iwaizumi cek dimana lokasi mereka sekarang. sekaligus meyakinkan diri apa benar osamu akan membawa mereka ke kediamannya dimana pasti berakhir mereka lakukan sebuah pertarungan. sayangnya memang benar. titik merah mengkerlip di layar tidak mungkin berbohong. pun iwaizumi sadar mungkin tersisa sekedar 2 menit sebelum akhirnya mereka berada di kandang singa.

tepat jam 8 malam adalah waktu ketika ia, semi, shirabu berserta tuan rumah, osamu, menginjakkan kaki di mansiun megah penuh dengan kekayaan. tidak bisa dipungkiri juga ketat dalam penjagaan. tetapi apa yang suna katakan benar, hampir seluruh system gunakan teknologi canggih.

bagus. ini semua berjalan sesuai rencana iwaizumi. juga berjalan sesuai rencana osamu. tinggal tunggu siapa yang akan mengambil start line duluan, sekaligus merusak topeng dipakai oleh keempat manusia itu.

kala mereka berada di area tengah lapangan mansiun, iwaizumi perlahan melirik ke arah oikawa—berhati-hati agar tidak ketauan osamu yang berjalan di depan tetapi cukup terlihat bagi semi dan shirabu yang berada di belakang. itu adalah tanda dari sang kapten, mereka berempat lah yang akan bergerak duluan.

sontak iwaizumi arahkan pistol tepat di belakang kepala osamu, yang membuat seluruh penjaga disana mengaktifkan senjata mereka. tentu saja itu tidak buat ketiga yang lain takut, tidak sama sekali. semi tanpa ragu mengeluarkan katana, shirabu memegang erat pisau andalan dan oikawa siap menembak dengan revolver.

posisi mereka dibilang cukup defensive. shirabu berada di tengah antara semi dan oikawa, sedangkan iwaizumi berada bertolak belakang dengan shirabu. mereka jadi seakan mengelilingi satu sama lain.

tapi ini lucu. osamu bahkan tidak memutar badannya. tetap membelakangi iwaizumi. malahan tertawa, sebelum menjetikkan tangan. sebuah aksi yang membawa lebih banyak penjaga untuk mengepung, membuat semi menggeram. ini pasti akan memakan waktu yang lama.

tegang, udaranya benar-benar tegang. oikawa hampir kesulitan untuk nafas secara tenang. di tengah keadaan hidup dan mati, pintu utama mansiun itu mendadak terbuka. seorang lelaki berambut blonde—yang mana iwaizumi mendecih, melihat jelas bahwa itu atsumu—ditemani dengan sesosok pemuda berambut itam ikal pendek membawa sebuah tablet di tangan, akaashi.

dor

atsumu menembak. mengincar kepala iwaizumi yang terpaksa menghindar. sial. lepas sudah osamu dari genggamannya. suara tembakan itu juga buat oikawa, shirabu dan semi untuk menoleh kebelakang—memastikan jika ada yang tertembak, orang tersebut bukan kapten mereka.

“hahaha! as expected of iwaizumi hajime, lo hindarin itu secepat kilat! tapi, the fun just about to start now,” tangan atsumu bentuk gestur seperti sebuah pistol diarahkan ke tengah, lalu tangannya itu menarik pelatuk kala bibir berucap,

shoot all of them down.