i'm here
jantung seakan mau keluar dari relung. sunghoon gigit bibir, tangan bermain dengan satu sama lain— mencoba untuk meredam rasa takut yang mulai menggelora.
mata menatap kesamping, jadi sadar bahwa heeseung merasa hal yang sama. alpha-nya memang terlihat fokus mengendarai mobil namun bisa terlihat bibir digigit berulang kali dalam hitungan detik— mereka sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah sunghoon, sekolah sudah berakhir 20 menit yang lalu.
“heeseung,” sunghoon panggil kala mobil berhenti, kepala menoleh tanpa ada kata lagi terucap dari bibir. terlihat dari kedua mata— ia meminta validasi, meminta apapun yang bisa menjauhkan keraguan akan apa yang dapat terjadi apabila kedua orang tua menolak.
tentu saja, heeseung berikan— lelaki itu tatap balik sang omega penuh sayang, jemari bertaut satu sama lain, “iya, sunghoon. apapun yang terjadi, aku gak akan kemana-mana.”
berdua berakhir duduk tegang disamping satu sama lain dengan tangan masih menyatu, depan mereka hanya ada ibunda sunghoon, seorang beta, yang menyeruput tehnya dengan tenang meski heeseung telah selesai bercerita tentang apa yang terjadi.
“ibu, apa ibu.. tidak masalah?” sunghoon beranikan diri untuk memastikan, beberapa detik kemudian sang ibu tertawa pelan sambil mengangguk.
“tentu saja, sayang. ibu malah senang kamu dapat seorang true mate, setidaknya ibu tau sampai akhir nanti kamu tidak akan menderita.”
menghela nafas lega, sunghoon tidak sadar sedari tadi telah menahan nafas atas ketakutan. senyum langsung membingkai wajah, ia menoleh kesamping dan mendapati heeseung berekspresi yang sama.
hanya saja, omega itu lupa. ada satu lagi, satu lagi orang yang belum mendengar serta mensetujui— ayahnya. seorang alpha. ketua dari pack kecil mereka. persetujuan sang ibu tidak ada apa-apanya dibanding sang ayah.
sayang sekali sunghoon sudah terlalu tenang, sehingga saat sang ayah baru memasuki ruang tamu, tubuh sontak berdiri— menjauh dari heeseung yang secara refleks juga ikut berdiri, namun tidak mendekati sunghoon.
“a-ayah,” suara sunghoon bergetar ketakutan. marah, ayahnya marah. terlihat jelas dari tampang, tercium begitu menusuk dari scent yang biasanya membuat sunghoon tenang.
“apa yang telah kamu lakukan, sunghoon?” itu bukan suara ayah yang sunghoon kenal. begitu penuh dengan amarah, tanpa sadar buat sunghoon mundur perlahan mencoba untuk melarikan diri.
tetapi tentu saja sang ayah tidak biarkan. tangan kanan sunghoon dicengkram, “bicara. ayah tidak membesarkanmu untuk diam saja apabila sedang ditanya.”
sunghoon mulai menangis, mencoba memberontak dari cengkraman sang ayah. “le-lepas, ayah, s-sakit—” mata tertutup rapat, secara sayup telinga dapat mendengar suara sang ibunda mencoba menenangkan ayahnya, namun kemudian ada sebuah geraman.
cengkraman pada tangan dilepas paksa membuat sunghoon buka mata— lihat heeseung berada di depannya, mencoba untuk melindunginya secara insting. kedua tangan sunghoon sontak meremat punggung heeseung, kepala sedikit dibenamkan di bahu.
ayah sunghoon tertawa meremehkan. “anak muda, minggir. ini urusan pack kami.”
“tidak,” heeseung menggeram lagi, “urusan sunghoon, urusan saya juga, dan saya hanya melindungi mate saya.”
“mate? jangan bercanda. belum ada tanda di leher anakku. kau bukan alpha-nya, sekarang minggir.”
sial. heeseung tidak bisa berkutik melawan perkataan alpha yang lebih tua itu, mau bagaimanapun sunghoon memang belum sepenuhnya menjadi mate-nya. ia berakhir menjawab dengan menggeram lagi— kali ini dengan peringatan tersirat untuk tidak mendekat karena sunghoon masih menangis, bahkan scent manis miliknya berubah sedikit masam layak macarons mulai membasi dan heeseung benci. benci sekali.
“sayang, tenang dulu. mereka true mates. sunghoon tidak melakukan apapun yang menghina pack kita, begitu pula dengan heeseung yang berada didepanmu ini. tenang, ya?”
itu ibu sunghoon, berhasil menenangkan setelah beberapa kali gagal. hawa di ruang tamu berubah— tidak lagi mencegangkan seperti sesaat yang lalu. heeseung menghela nafas, tubuh mulai rileks ketika ayah sunghoon sekarang sibuk meminta penjelasan lebih lanjut pada mate-nya, tidak lagi mengurusi sunghoon.
ah, iya. sunghoon. suara isak tangisnya masih terdengar. heeseung berbalik badan, namun belum sempat berbicara— sunghoon sudah memeluk dengan tangan melingkar di leher sang alpha. hati heeseung berdenyut nyeri, sadar bahwa sunghoon benar-benar tersakiti hingga omega itu meminta kenyamanan pada dirinya, tidak peduli ada orang tua melihat.
heeseung menebak sunghoon tidak pernah dibentak sebegitunya oleh sang ayah, dan memang benar, sunghoon selalu diperlakukan dengan lembut sejak lahir. karena itulah ia tidak bisa berhenti menangis.
“hee-heeseung— hiks— alpha, a-alpha,” sunghoon memeluk lebih erat, seakan takut akan dilepas.
tangan heeseung yang melingkar di pinggang mengelus pelan berusaha memberi ketenangan, “iya, iya hoonie. i'm here, okay? aku udah bilang aku gak akan kemana-mana.”
perkataan heeseung sukses membuat sunghoon berhenti menangis, berubah jadi isakan-isakan kecil. tidak butuh lama agar omega itu sadar sedang memeluk heeseung didepan orang tua-nya, pun langsung melepas pelukan dengan pipi bermekar merah. heeseung terkekeh melihatnya, sedikit menoleh kebelakang untuk melihat kedua orang tua sunghoon yang terlihat tidak masalah.
“sunghoon,” sang ayah memanggil, “maafin ayah, ya? ayah hanya.. kaget mencium scent-mu yang bercampur dengannya, ayah kira ayah gagal melindungimu.”
sunghoon mengangguk, ada senyuman kecil di wajah. paham sang ayah memang protektif terhadapnya, dan tidak bermaksud buruk walau sempat tidak sengaja menyakitinya.
mereka berbincang-bincang hal yang tidak penting setelahnya, terutama ayah sunghoon yang seakan mewawancara heeseung. untung saja lelaki berambut hitam bersemir hijau itu maklum, mau bagaimanapun sunghoon adalah seorang omega.
jam tunjukkan waktu pukul 5 sore saat heeseung akhirnya berdeham— meminta atensi dari ketiga orang lainnya yang berada di ruang tamu. “om, tante, maaf sebelumnya apabila saya tiba-tiba memotong, tapi sekarang sudah sore dan saya ingin membawa sunghoon jalan keluar, apakah boleh?”
sunghoon berkedip cepat. kebingungan. heeseung, ia tidak ada bilang akan membawanya jalan. benar-benar, alpha-nya itu penuh dengan kejutan hari ini.