i'm happy with you.

tw // mentions of guns, implied violence (only described in dialogues.)


“tooru, kamu kenapa lama banget?”

“kamu gak apa-apa?”

“gak ada yang ganggu kamu kan?”

pertanyaan bertubi-tubi dilempar iwaizumi tepat ketika sang pemilik rambut coklat buka pintu apartment. pun sudah terlalu banyak pertanyaan— oikawa langsung tangkup pipi lelaki itu, menyuruh secara tidak verbal untuk diam dulu sebentar. oikawa tersenyum, dekatkan wajah yang ada di kedua tangan mendekat lalu dicium tipis hidungnya.

it doesn't really matter, yang penting aku udah ada disini. di rumah, sama iwa-chan. as you can see, i'm okay.” untungnya, perkataan oikawa buat iwaizumi jadi lebih tenang, benar berhenti bertanya.

mereka menyatukan dahi— entah secara sadar atau tidak. yang sangat pasti, ada cinta menguar dari keduanya. nyaman, begitu nyaman. walau berdiri di koridor depan pintu layak orang bodoh, mereka tidak bergeming. tidak pula berbicara. saling tenggelam pada satu sama lain.

you'll live with me here, right? ini.. jadi rumahmu, kan?” pertanyaan retorikal. iwaizumi tidak usah bertanya, tidak usah meminta konfirmasi— oikawa sudah pasti akan bersama dirinya.

dengan itu oikawa ketawa, “ya iya lah? rumahku ikut sama kamu—although, before continuing this, can i ask you something?

iwaizumi naikkan satu alis, “kamu bisa tanya apa aja ke aku, tooru.”

“kamu bisa ceritain aku kejadian itu? tolong, ya? hajime?”

ah, oikawa merasakannya. walau sangat samar. badan iwaizumi sedikit tegang. aura nyaman disekitar mereka juga perlahan menghilang. wajar, sih. topik yang oikawa angkat begitu sensitif, begitu berat, dibawa mendadak tanpa peringatan tentu berefek seperti itu.

“kita jalan berdua malam itu, tooru. sama kayak apa yang biasanya kita lakuin. terus ada beberapa begal lagi keluyuran cari mangsa— sebelum aku bisa lindungin kamu, mereka pukul kepalamu pake bawahnya pistol. sehabis itu, ya kamu udah hilang ingatan, dan ibumu salahin aku.”

that means.. it's not your fault. it's no one's fault. if we're looking for someone to blame, then it's the burglars. maaf, iwa-chan, maaf.”

“kok jadi kamu yang minta maaf?” iwaizumi cium perlahan kedua kelopak mata oikawa, “seharusnya aku yang minta maaf. sorry for not being able to protect you, shittykawa.

dengar panggilan semasa sma buat oikawa tertawa lepas, mata masih berair tadi sempat ingin menangis jadi hilang. “aku kangen denger kamu manggil aku gitu, iwa-chan.”

“nanti aku panggil kamu itu lagi, sebanyak apapun yang kamu mau. kapanpun, tooru, because we have all the time we need.

benar. iwaizumi benar. mereka punya waktu banyak, memang tidak selamanya tapi seumur hidup sudah cukup. selama oikawa bisa tetap bersama iwaizumi, maka tidak apa-apa. pasti akan tetap cukup.

“aku cinta kamu, hajime.”

“aku juga, cinta kamu— lebih dari segalanya.”

mereka saling bertatap, tersenyum satu sama lain. oikawa tidak lagi pikirkan apapun— hanya kebahagiaan, cinta, dan hidupnya bersama lelaki depan mata. tetapi tidak dengan iwaizumi,

maaf, tooru. untuk memilikimu, aku harus membuatmu hidup dalam kebohongan.