Ikat Janji Padaku
Bel jam istirahat berdengung, Sunghoon hembus nafas lega. Pulpen yang sedari tadi bersemayam di jemari langsung terlepas. Kepala sedikit agak pusing setelah belajar non-stop tentang kimia, namun apa daya? Sedari beberapa hari lalu selalu ambil jam kimia sebagai waktu untuk latihan.
“Besok— lomba kan?” Pertanyaan dari Sunoo, entah bagaimana bisa sahabatnya dari kelas 4-C itu bisa cepat ambil jam istirahat dan duduk di bangku Jake yang kosong (kalau penasaran kenapa, lelaki darah Australia itu sedang mewakilkan perusahaan keluarganya)
“Ya iya.”
Jujur, rasanya begitu cepat. Sudah satu hari sebelum lomba, terhitung seminggu lebih tidak begitu berkomunikasi dengan Heeseung.
Ah. Heeseung. Omong-omong tentang lelaki itu, mereka masih baik-baik saja kok. Walau terbatas sekali pembicaraan, hanya terletak di awal serta penghujung hari. Itupun biasa membahas tentang ‘Bagaimana sekolah tadi?’ ‘Jangan kecapean ya,’ sehabis itu sudah. Tidak ada lagi percakapan. Ruang chat mereka benar-benar penuh debu.
Tetapi Sunghoon tidak lagi mempermasalahkan. Diawal memang ia bilang kangen, rindu— pokoknya segala macam bentuk rasa yang kelungkup hati— namun lama kelamaan terbiasa. Toh, mereka lakukan ini untuk kebaikan masing-masing.
“Halo untuk manusia bernama Park Sunghoon, masih hidup gak sih?”
Mata beberapa kali berkedip, coba kembalikan atensi ke sang adek kelas berambut pirang. “S-sorry.. lagi kecapean.”
Sunoo rotasikan mata sambil hela nafas, “Kalau itu mah semua orang bisa liat. Bilang aja tadi lagi pikirin Kak Heeseung.”
Jackpot— Sunghoon heran entah ini salah diri karena terlalu gampang dibaca atau memang Sunoo pintar tebak isi pikiran orang lain.
“Jangan tanya kenapa gue tau, keliatan jelas.” Kembali lagi Sunoo baca pikiran. “Oh iya, gimana kabarnya kalian berdua? Masih saling ambis gini?”
Sunghoon sedikit menoleh, “Masih. Kan kembali lagi nanti pas udah selesai lomba.” Besok. Mereka kembali lagi besok. Ada alasan jelas mengapa Sunghoon sedikit merasa gugup— sebenarnya bukan sedikit, melainkan sangat— karena Heeseung selalu saja berkata bahwa ia akan berada disana, menonton Sunghoon.
Bahkan di pagi setelah hari mereka berucap kesepakatan, bukannya berkata kangen seperti apa yang dikata di twitter, malah Heeseung lantunkan janji kedua— ‘Aku akan menantikanmu, cantik.’
“Kak, gak usah gugup.” Sunoo kembali mengintrupsi, buat Sunghoon rasa bersalah akibat terlalu larut dalam pikiran lagi. “Pasti besok bakal biasa aja, pasti kembali menang lagi kayak sebelumnya.”
Sunghoon tau itu. Ia berlatih begitu lama, berteman dengan rasa sakit begitu sukarela, tidak mungkin semua itu khianati semudah membalikkan kertas.
Lalu mengapa—
Mengapa sekarang Sunghoon terlilit rasa gugup hingga rasanya begitu memuakkan? Seluruh kalimat Sunoo tempo hari menghilang, begitu pula rasa kepercayaan dirinya.
Apa karena mata sedari tadi tidak bisa temukan Heeseung dimanapun, padahal sebentar lagi giliran Sunghoon untuk tampil. Tidak, tidak, Heeseung benar akan datang kan?
Lelaki itu sudah berjanji.