godzilla dan alien

oikawa mengetuk kecil meja dengan jemari-jemari. takut, merasa siap tidak siap untuk bertemu iwaizumi— lelaki yang ditemui lewat app.

sebenarnya bukan itu saja yang buat oikawa resah, tapi juga fakta iwaizumi mau bagaimanapun tetap seseorang yang asing. sehingga siapa tau ia berniat jahat, kan oikawa mana tau. (jangan bilang siapapun bahwa ada semprotan serangga di tas selempang hitam yang oikawa gunakan.)

sekitar 5 menit oikawa menunggu sebelum akhirnya lelaki rambut hitam persis seperti yang ada di foto profile iwa muncul, menggunakan kemeja abu-abu dipadu dengan celana kargo hitam.

wah gila, ini namanya gila. oikawa bisa rasa mata terpaku. tetapi itu bukan salahnya, sama sekali bukan, karena siapa yang menyuruh iwaizumi terlihat begitu gagah? berjalan seakan berada di runway dan sedikit angkuh—oikawa bisa tau kok lelaki itu memang biasa berjalan begitu, jadi bukan disengaja.

“hey, kawa kan?” iwaizumi duduk, oikawa langsung berkedip cepat. mengeluarkan diri dari lamunan akan kemaruk lihati pahatan wajah lelaki yang ada didepannya ini.

“e-eh iya, iwa..?” kaku, bahkan oikawa tidak bisa tatap langsung iwaizumi tepat di mata. itu buat iwaizumi terkekeh, “kamu kaku banget. relax aja, santai.” sambil tersenyum tipis.

lagi-lagi. mata terpaku. sepertinya iwaizumi sama sekali tidak sehat untuk oikawa, belum ada 1 jam bertemu tetapi kewarasan hampir menguap habis.

tidak sadar sudah menatapi tanpa kedip sebegitu lama, oikawa terperanjat ketika iwaizumi berdeham sedikit— pikiran berteriak ya tuhan, aku malu.

“lucu banget,” ketawa terselip diantara kalimat, “kawa gak mau pesan minum atau makan?” tanya iwaizumi karena meja mereka kosong, berbanding balik dengan meja milik orang lain. bahkan para pelayan sedikit menatap keduanya aneh.

sengaja, sih. kan tidak etis rasanya kalau oikawa pesan duluan sebelum iwaizumi datang— “mau kok. tadi cuma nungguin kamu dateng aja.”

pun berakhir dengan dua iced tea dengan sepasang chicken curry ramen menghiasi meja.

“iwa-chan~ ayo lanjutin 20 questions tadi!”

iya, betul. oikawa sudah merasa nyaman, sehingga tidak ada lagi hawa canggung yang sebelumnya menyelimuti. kalau masalah nama panggilan, awalnya iwaizumi sempat mematung namun kemudian membiarkan oikawa memanggil sesuka hati.

“giliranku bertanya ya? kalau gitu, kesukaanmu apa, tooru? selain makanan atau hal umum lainnya.”

apa, ya? oikawa sendiri sempat bingung. mata berkeliling kesana kemari sambil berpikir, lalu menunduk—atensi penuh pada gantungan melekat di tas selempang yang digunakan. oh. bisa-bisanya ia lupa.

tapi itu sedikit memalukan bagi seseorang umur 20 tahun sepertinya, “... aku suka alien.” jawaban hampir tertelan udara. oikawa sengaja menurunkan sampai terkesan layak sedang bergumam.

“hah? apa? aku tidak mendengarnya.” iwaizumi memajukan wajah sedikit, refleks oikawa menaikkan kedua tangan tetapi tidak menjauhkan. apa iwaizumi tidak sadar sekarang jarak mereka dekat? padahal terasa sekali pandangan orang-orang mulai menatapi dari belakang punggung.

atau jangan-jangan memang sengaja?

tapi sudahlah. oikawa lebih fokus bagaimana ia menjawab, tenggorokan kering. terpaksa menelan ludah sebelum belah bibir mengeluarkan suara,

“alien, iwa-chan— aku suka alien. tolong jangan ketawa.”

bibir iwaizumi membulat sebentar, sambil kembali duduk normal. “aku tidak akan ketawa karena aku sendiri suka dengan godzilla— setidaknya sedikit mirip sama alien.”

oikawa mengerutkan alisnya, apa tadi iwaizumi bilang? godzilla sedikit mirip alien? memang benar ya, tidak ada manusia sempurna di dunia ini. mirip darimana, coba.

“godzilla?! tidak ada mirip-miripnya dengan alien, iwa-chan! alien sangat keren sedangkan godzilla.. ugh. tidak, pokoknya tidak!”

“apa-apaan? alien membosankan, tooru, yang keren itu godzilla!”

“enggak, alien yang terkeren!”

“godzilla!”

“alien!!”

“uh.. permisi, maaf— bisa tolong kecilkan suara kalian..? para pelanggan yang lain sedikit terganggu soalnya.”

iwaizumi dan oikawa berhenti berdebat saat itu juga, ketika didatangi oleh pelayan. barulah mereka sadar sudah begitu ribut akan pendapat masing-masing. setelah pelayan itu pergi, berdua saling tatap sebelum membagi tawaan dalam sembunyi.

hangat, oikawa bisa rasa hangat jalar keseluruh bagian tubuh. hati mulai mengakomodasi tempat untuk menaruh cinta terhadap sang lelaki pencinta godzilla.

mau selamanya disini. kalau bisa saja, oikawa mau menetap, berbagi candaan bersama iwaizumi. sayangnya tidak bisa, begitu iwaizumi cek jam di arloji yang hiasi pergelangan tangannya— oikawa tau waktu mereka sudah habis.

“tooru, sudah lumayan larut. kamu tadi kesini pake apa?” tanya iwaizumi, yang mana oikawa menjawab “jalan kaki. kebetulan tadi lagi dekat. ini mau pulang naik bis, kayaknya.”

“gak, jangan naik bis. sama aku aja, aku antar pulang.”

awalnya mau menolak, tapi tangan keburu digenggam. toh juga— siapa oikawa untuk menolak?