for eternity.
-
setelah berjam-jam mengurung diri, hyunjae dengan malas keluar kamar. biarkan kaki terluka karena berjalan diatas serpihan kaca yang dihancurkan tadi malam. lagian nanti bisa pulih sendiri, toh. seiring dengan ingatannya yang kembali, kekuatannya juga mengikuti.
hyunjae menutup matanya sebentar, mencoba menetralkan pikiran sehingga tidak terlalu berat saat berjalan. tangan hampir membuka pintu saat perasaannya berubah tidak enak. pun langsung menjentikkan jemari, dimana kemudian belati putih muncul di genggaman. ah, hyunjae sedikit merasa tambah lemas setelah melakukannya. padahal dulu ia ingat bisa membuat pedang hingga ratusan tanpa merasakan efeknya sama sekali.
dan tuh, kan. benar. tepat saat hyunjae keluar dari kamar, ada seseorang disamping kiri. secara refleks memajukan belati tepat di leher seseorang tersebut yang hanya terdiam di tempat tanpa ekspresi apapun.
ada kekehan sebelum kata “santai, kak hyunjae.” itu sunwoo. awalnya hyunjae masih mempertahankan belati, namun diturunkan setelah ingat bahwa dulu diri dekat dengan lelaki rambut merah itu. lalu mau gimanapun, karena sunwoo lah ia bisa bertemu lagi dengan juyeon.
“sepertinya ingatan dan kekuatanmu telah kembali, ya?” mereka berdua sekarang duduk berhadapan di meja makan, (hyunjae yang suruh, secara sunwoo masih dibilang tamu disini) hawa diantara mereka sudah tidak setegang tadi.
“ya, tapi belum semua. menyakitkan saja.” hyunjae hela nafas, sunwoo mengernyit bingung. yang mana ia berbisik dibawah nafas. untung hyunjae dengar. maka dari itu langsung disela.
“belum semua? bukankah seharusnya semua setelah kak juyeon melakukan—”
“apa yang dia lakukan padaku?”
kali ini sunwoo yang hela nafas. 'salah bicara,' begitu isi pikirannya sekarang. “akan kujelaskan tapi tunggu dulu, kak hyunjae sudah ingat sampai mana?”
hyunjae terdiam sejenak. hmm. sampai mana ya, hyunjae sendiri bingung. yang jelas sudah ingat siapa dirinya, yaitu sesosok malaikat rendahan yang jadi anak angkat dari sang ratu—kemudian ia juga ingat pertama kali bertemu dengan juyeon saat lelaki itu tidak sengaja berada di theatre para malaikat yang ditinggalkan (tempatnya sama dengan mimpi pertama) dan ya akhirnya mereka berdua jadi sering bertemu disitu.
ah, ya benar. hyunjae ingat hanya sampai bagian dimana mereka berlari, persis sama seperti di mimpi keduanya.
“sampai yang dikejar-kejar di hutan. tapi sunwoo, anehnya aku sama sekali tidak ingat tentang kerajaanku sendiri? aku hanya ingat dengan diriku, serta juyeon. ada kamu tapi itupun juga sedikit. aku juga tidak ingat dengan aturan-aturan, hanya ingat cara menggunakan kekuatanku.”
mendengarnya, sunwoo menyeringai. “ternyata berhasil.” itu buat hyunjae siaga, hampir memajukan belati putihnya lagi sebelum akhirnya sunwoo panik. menggeleng-geleng ribut seperti menjelaskan bahwa tidak ada yang salah.
“tidak, kak, relax. yang juyeon lakukan padamu kemarin, ia menjadikanmu salah satu dari kami. kasarnya, merenggut kesucianmu dan mengotorimu agar menjadi iblis. makanya kak hyunjae merasa sakit, kan? malam itu juyeon memasukkan kegelapan miliknya lewat cengkraman dan racun miliknya lewat gigitan. dan ya, karena itulah kak hyunjae tidak bisa ingat dengan kerajaanmu yang dulu karena sekarang,”
“kamu mengabdi pada kaum kami.”
semua masuk akal sekarang. begitu toh, tapi apa gunanya hyunjae jadi iblis jika juyeon saja tidak ada disini? miris. malah yang ada disini sekarang adiknya, dan bukan dirinya.
“aku ada disini, kok.”
kaget. badan hyunjae terlonjak, juyeon meletakkan dagunya di bahu. sejak kapan lelaki itu ada disitu? ini memalukan, apalagi sunwoo masih ada disitu—lelaki rambut merah itu mendecak, kemudian menghilang tidak mau mengganggu kakak serta kakak iparnya berduaan.
leher dikecup lembut tepat setelah sunwoo pergi, “hyunjae, maaf. jangan marah ya.” juyeon sedikit paksa hyunjae untuk berdiri. lalu ditarik di pelukan. hangat, rasanya hangat. sampai-sampai hyunjae menutup mata nyaman, hanya beri anggukan jadi jawaban.
juyeon sedikit terkekeh lihat hyunjae begitu, bibir dengan halus menari di dahi kemudian berucap,
“ayo pulang, bersama.”