fireflies (part one)
“iws-chab, menyutrumu lagyu inish bagush gak?” (iwa-chan, menurutmu lagu ini bagus gak?)
iwaizumi tertawa. tangan naik untuk usak kasar rambut oikawa yang melotot tidak terima karena tatanan rambutnya hancur begitu saja.
“selesain makannya dulu, tooru.”
iya, sekarang oikawa lagi makan kentang khas mcd sambil mengatur lagu seperti biasa. tadi yang ditanyakan adalah lagu dari foster the people berjudul ‘imagination’— kata oikawa beberapa detik lagu itu diputar, “aku baru ketemu lagu ini di love loop tadi malam!” makanya ia sebegitu antusias ingin tau reaksi iwaizumi.
kekehan kecil keluar dari bibir kala makanan telah berhasil ditelan, “maaf, iwa-chan, hehe. jadi gimana, lagunya?”
“bagus kok. aku suka.” iwaizumi mengangguk beberapa kali, seperti untuk meyakinkan oikawa bahwa diri benar suka lagu itu.
tidak ada jawaban setelahnya. oikawa hanya tersenyum puas, beralih tatap jendela— kagum tidak henti akan indahnya jalan kota dibawah sinar rembulan yang begitu cerah malam ini.
lalu tersadar. ah, kali ini— iwaizumi mau membawanya kemana? oikawa lupa bertanya. terlalu asik terlena dengan harum lezat dari bungkus mcd yang tadi ada di dashboard mobil.
“iwa-chan, kita mau kemana?”
mendengar pertanyaan oikawa buat iwaizumi sedikit menoleh. ada jeda waktu sekitar 20 detik sebelum akhirnya menjawab, seakan iwaizumi perlu untuk memikirkan hal tersebut terlebih dahulu.
“ke suatu tempat. kamu bakal suka kok, ini bentar lagi sampai.”
“ooh, oke!”
suatu tempat. oikawa sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut, tapi apa daya hati sekuat badai berteriak meminta agar bibir tetap terkatup— percaya saja sama iwa-chan kira-kira begitu yang disampaikan.
iwaizumi tidak bohong, 2 menit setelah belok-belok melalui hutan, mereka sampai. buat oikawa membelalak. gila, iwaizumi tau darimana tempat ini? cantik. benar-benar cantik.
mereka ada di lapangan luas berlukis bunga diatas bukit, ditemani sedikit kunang-kunang melayang kesana kemari.
“ini.. astaga— iwa-chan, tau tempat ini darimana? secantik ini…” oikawa hampir kehilangan kalimat untuk deskripsikan apa yang mata sedang lihati sekarang. sebagai balasan, iwaizumi hanya tertawa lalu memberi sinyal keluar dari mobil.
namun sayang, udara malam kali ini terlalu dingin. tubuh oikawa langsung menggigil, menolak bertahan lama diluar.
“kita kembali masuk ke mobil aja ya? nanti buka aja atap mobilnya.” pun iwaizumi mengarahkan oikawa ke kursi belakang, kemudian merendahkan kedua kursi depan serta membuka atap mobil seperti apa yang ia bilang.
bolehkah oikawa selamanya disini? rasanya begitu penuh fantasi, tidur berdua dengan sang kasih di mobil sambil tatapi langit. apalagi ada kunang-kunang— sungguhan, oikawa tidak mau sesuatu yang lebih dari ini.
secara tidak sadar, tubuhnya merapat ke iwaizumi yang sempat tegang karena tidak menyangka akan begitu. sekarang bahkan bisa dibilang keduanya seperti berpelukan—iwaizumi melingkarkan tangan di pundak oikawa, guna menghangatkan.
sunyi. tidak ada yang berbicara. takut merusak suasana melengket dengan kenyamanan luar biasa, juga tidak ada yang ingin dibicarakan. toh, hati mereka berdegup kencang untuk satu sama lain, sudah cukup menyuarakan apa yang ingin dikata.
hingga akhirnya kenyamanan itu hancur.