find each other again
mencekam.
udaranya benar-benar mencekam. mereka bertiga duduk saling berhadapan di meja bundar milik sang tuan rumah, sejak tadi tidak ada kalimat yang keluar atau bahkan gurauan yang biasanya ada. seakan-akan memang ketiganya tau permasalahan kali ini serius.
namun tetap saja, pembicaraan mereka malah dibuka dengan suara ketawa dari seseorang yang sedari tadi semi tatap tajam. “jadi ini alasan lo kesini, bang? udah gitu bawa shirabu juga,”
mendengar namanya disebut, shirabu kaget. bukankah hanya semi yang bisa melihatnya? tapi sedetik kemudian ia tenang, dengan orang ini bisa melihatnya jadi bukti bahwa ia memang sang pembunuh.
“cut the shit out, samu. lo jelasin kenapa lo bunuh kenjirou, sekarang.”
osamu lagi-lagi tertawa, tidak merasa takut akan kalimat semi yang dipenuhi ancaman. “eye for an eye, bang. lo berdua mungkin gak inget kehidupan lampau kalian kayak apa, tapi gue inget. haha. lo bisa bayangin, gak? gue inget semuanya.”
“kalau kalian belum bisa nebak, gue kasih tau. i was one of the guards, yang ngejaga gerbang surga,” sebelum melanjut, osamu tunjuk semi, “yang lo sebut sebagai sahabat pada saat itu.”
dalam diam shirabu tau ini, persis sama seperti apa yang rabu ceritakan. ia ingat rabu juga berkata bahwa semi di saat itu bisa masuk ke surga karena bersahabat dengan para penjaga—ah, bentar, 'para?', berarti bukan hanya osamu. ada satu atau lebih orang lagi yang juga menjaga.
“gara-gara lo, enggak, lebih tepatnya gara-gara kalian ketahuan, gue jadi sengsara. gue.. gue udah bahagia, ngejaga gerbang gitu aja, bareng sama suna—tapi semua itu hancur. gue sama suna dipatahin sayapnya karena dianggap berkhianat, dan dibuang ke bumi. you two wanna know what broke me the most? suna gak selamat, ninggalin gue sendiri disini,”
semi mulutnya untuk berbicara, tetapi ditahan oleh shirabu yang berisyarat, 'biarkan osamu selesaikan ceritanya dulu.'
“i waited so long for suna to reborn. rasanya sakit, sakit banget. gue harus hidup di bumi tanpa siapa-siapa karena kembaran gue juga belum boleh turun. walaupun ya, gue dapat sedikit hiburan ngeliatin kalian terjebak kutukan di setiap kehidupan sampai sekarang, but don't get me wrong, dulu shirabu meninggal karena kehendak alam dan bukan karena gue.”
“terus? semua itu belum jelasin kenapa lo mau bunuh kenjirou sekarang.” jengah, bisa dibilang sekarang semi jengah. berbeda dengan shirabu yang mulai merasa bersalah. 'osamu harus tersiksa seperti itu karena gue,' begitu isi pikirannya.
“jawabannya simpel. di kehidupan ini akhirnya suna kembali ada di samping gue, ditambah atsumu juga udah bisa ke bumi. tapi dengan adanya dia,” osamu melihat kearah shirabu, “gue dan suna gak bisa hidup tenang.”
semi menggeram, tangannya hantam meja. tersulut amarah. “tapi tetap aja—”
“—enggak, kak ei. osamu bener.”
akhirnya membuka suara, shirabu tatap osamu dengan iba. tidak peduli dengan semi yang terlihat tidak terima dan tidak mengerti bagaimana bisa ia membenarkan seseorang yang ingin membunuhnya.
“samu, maafin gue. maafin gue sama kak ei. you don't have to kill me, cukup maafin gue aja. setelahnya lo bakal dapat ketenangan yang lo mau bareng suna.” entah mengapa, shirabu tau apa yang harus ia lakukan secara begitu saja. mungkin karena bantuan rabu—atau mungkin kesadarannya sendiri tunjukkan jalan keluar untuk patahkan kutukannya.
osamu terdiam. disitu shirabu paham, osamu sebenarnya tidak ingin membunuhnya. ia.. ia hanya ingin hidup bersama suna. sama seperti shirabu yang ingin bersama semi.
“tolong, samu. i'm not lying. tolong maafin gue sama kak ei.”
hela nafas, “fine. gue maafin kalian. tapi kalau sampai gak sesuai perkataan, lo bakal gue incar lagi, shirabu.”
shirabu terkekeh, bersamaan dengan itu tubuhnya perlahan mendadak memudar—membuat semi panik dan osamu terkejut. “dek..? kena—kenapa..? kenapa gini?!” suaranya bergetar, mencoba menggapai shirabu yang sudah setengah menghilang.
sedari awal shirabu tau, tau dengan jelas bahwa ia akan kembali kepada takdir awalnya yaitu menjadi seorang yang sudah tidak berada di bumi kala osamu memaafkan dirinya dan eita. tetapi itu semua tidak masalah, mengetahui bahwa kutukannya sudah berakhir,
“we'll find each other again, kak. sampai jumpa lagi di kehidupan selanjutnya.”