dimana

pagi itu, semua mata tertuju pada suna.

yang dilihati mana peduli— tetap jalan santai menuju kelasnya di ketiga paling ujung koridor lantai 2. banyak bisik-bisik sapa telinga, terutama membahas bagaimana bisa suna tiba-tiba jadi bersama kita dan bukan osamu.

jujur saja suna jelas mengetahui hampir semua orang menebak ia akan berakhir dengan sahabatnya itu. tapi apa daya—osamu sudah mengatakan dengan jelas bahwa ia tidak mau suna sebagai alphanya.

srak

geser pintu kelas, suna masuk dengan wajah santai hampir tanpa emosi, sebelum akhirnya mata menangkap bangku osamu kosong. ‘kemana perginya anak itu?’, pikiran suna sontak bertanya. namun pertanyaan itu dibungkam balik dengan ‘alah. paling telat sedikit.

pun suna duduk di kursinya. sedikit dikerubungi beberapa teman sekelas, kebanyakan mengucap selamat sekaligus menggoda tentang kita yang mana sang alpha hanya jawab lewat senyuman lebar ditambah ucapan makasih.

ah, iya. suna ingat sesuatu kala teman-teman yang tadi sudah balik pada tempatnya. kageyama— katanya mau dengar cerita, tapi mana adek kelasnya itu sekarang? muncul saja tidak. lalu secara kebetulan, ada notifikasi masuk dari yang baru saja dibicarakan.

‘bang rin, gue gak bisa ke kelas lo. mendadak ada quiz pagi.’ begitu isi pesan yang suna baca lewat pusat pemberitahuan.

ya sudah lah. toh suna lebih senang tidak perlu repot-repot jelaskan bagaimana bisa ia jadi bersama kita. terlalu rumit. ia juga masih sedikit merasa sakit hati kalau ingat ia ditolak osamu.

tanpa sadar bel sekolah berbunyi. tanda bahwa pelajaran sudah mau dimulai, dan suna menoleh ke samping untuk tetap mendapati bangku osamu kosong tanpa tuannya.

oke. kali ini suna mulai panik. osamu, omega itu jarang sekali bolos kelas. ada apa sebenarnya?