coffee latte

sunghoon menoleh kesana kemari.

mata tidak berhenti mencari sesosok alpha berambut hitam dengan sedikit helai hijau tua, ingin memberi satu kaleng nescafe latte yang dipegang erat oleh kedua tangannya.

bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi, menandakan bahwa seluruh kelas telah berakhir. lantas, dimanakah alpha itu? tidak mungkin ia sudah pulang, sunghoon tidak sebegitu telat saat sampai ke korridor milik grade 12. bahkan masih ada ryujin terlihat didepan, seorang alpha yang sunghoon tau satu kelas dan dekat dengan heeseung.

astaga, heeseung ini kemana sih sebenarnya? sunghoon sampai terpikir bahwa bisa saja sang alpha tau lalu secara sengaja menghilang karena tidak ingin diganggu—untungnya beberapa menit kemudian heeseung menampakkan diri, lelaki itu baru saja keluar dari ruangan klub voli.

mata bertemu mata. sunghoon terdiam di tempat, heeseung menaikkan alis bingung melihat omega itu berada di tempat yang seharusnya ia tidak berada.

sang alpha menghela nafas, memiringkan kepala sedikit guna menunjuk arah korridor yang lebih sepi. sebuah suruhan agar mereka berbincang disana saja, yang mana sunghoon langsung mengikuti heeseung layak anak anjing lucu penuh antusias.

sesampainya disana, heeseung menyenderkan diri pada loker— atensi penuh pada sunghoon yang berdiri kaku di depan.

“uhm… ini,” sunghoon menyodorkan kaleng kopi dengan satu tangan ke heeseung yang hanya diam, “sebagai ucapan terimakasih karena tadi pagi membantuku.”

yang lebih tua mendengus, “gue gak ada bantu apa-apa,”

sudah terduga, sunghoon sudah menduga heeseung bakal berlaku seperti itu. tetapi tetap saja, rasanya sakit. tangan yang menyodorkan kaleng kopi hampir jatuh kembali ke sisi tubuh, jika saja heeseung tidak mengambilnya.

“tapi kalau lo rasa gitu— ya udah, sama-sama, dan makasih kopi-nya.”

senyuman langsung hiasi wajah sunghoon. setidaknya, pemberiannya diterima. pipi memerah kala heeseung tersenyum balik, walau tipis dan hampir tidak terlihat.

“lo pulang, gih. udah sore.” heeseung berdiri tegak, tangan sedikit sentuh yang lebih muda di bahu, lalu langsung pergi meninggalkan sunghoon yang terpaku.

tadi, barusan, heeseung peduli padanya? bahkan menyentuh bahunya?

ah, ini gila. jantung sunghoon rasanya seperti ingin loncat keluar dari relung.