Cloud 9 for the Strays (2/3)
cw // implied minor character deaths
Sunghoon mengerjap kagum. Tidak percaya akan apa yang dilihat. Hampir mustahil, bertanya-tanya darimana Heeseung mengetahui tempat seaman ini? Terletak di bagian distrik yang tertutup, dikelilingi ratusan penjaga serta dilengkapi teknologi canggih.
Sepanjang perjalanan ke pintu utama, Sunghoon terpesona dengan keindahan yang disuguhkan. Bukan hanya Sunghoon, yang lain juga ikut menatap berkelintaran— bahkan Riki dan Sunoo pun mendecak takjub.
“Kak Heeseung!”
Sesaat setelah pintu diketuk, ada seorang lelaki berperawakan lucu membuka pintu lebar yang langsung memeluk Heeseung sambil meneriakkan namanya.
Ada rasa asam di mulut Sunghoon melihat Heeseung membalas pelukan sama eratnya— pikiran langsung bertanya, siapa gerangan lelaki ini. Jay mungkin sadar perubahan hatinya, sehingga sepupunya yang berada di samping itu tertawa kecil.
Dan Sunghoon akan tetap cemburu, jikalau Heeseung tidak mengenalkan siapa lelaki itu setelah melepas pelukan. “Kenalin, ini adek gue, Judy Lee— panggil aja Jungwon.”
Malu, malu, malu. Rasanya Sunghoon mau loncat dari ketinggian, mengetahui ia baru saja cemburu terhadap adek kandung pacarnya sendiri. Tetapi bukan salahnya, toh Heeseung tidak pernah berbicara tentang adeknya.
Sunghoon berani bilang seluruh orang di Los City tidak ada yang mengetahui Heeseung memiliki seorang adek. Simpel saja, apabila mereka tau, maka Jungwon sudah diburu atau diculik sepertinya dari dulu.
“Wonie, kok abangmu gak disuruh masuk?” Seorang lelaki berambut blonde muncul, merangkul Jungwon dari belakang. Matanya berkedip menyadari ada orang lain selain Heeseung. “Oh, sorry. I didn't know there are others.”
Siapa lagi ini? Sunghoon rasakan pening sedikit menjalar di kepala, berdiri terlalu lama depan pintu. Mata melirik sedikit kearah Sunoo dan Riki yang terluka, mereka terlihat kelelahan— ingin secepatnya istirahat, terutama Sunoo karena cidera di bagian kepala.
“Kenalin lagi, ini Jake Sim. He's Jungwon's guardian, or probably boyfriend by now.” Heeseung terkekeh, tangan akhirnya mengisyaratkan untuk masuk, yang mana Riki secepatnya menerobos dengan Sunoo dipelukannya, disusul oleh Jay, dan Sunghoon paling terakhir.
Tangan Sunghoon menggenggam tangan Heeseung saat melewati lelaki itu, “Never thought you have a little brother.” Sunghoon menggumam, mata sibuk lihati Jungwon berbicara pada Riki— mungkin memberi tau dimana letak kamar kosong.
“Gue gak mau orang tau tentang dia. I know you know why, little prince.”
Ya, tentu tau mengapa. Sunghoon menghela nafas, sekilas saja sudah terlihat bahwa Jungwon pasti kelemahan Heeseung. Ada ciuman didaratkan Heeseung di kepala, sebelum akhirnya genggaman tangan dilepas, “Lo naik keatas, gih. Temenin Jungwon sekalian istirahat. Gue mau urusin masalah tadi sama Jake.”
Sunghoon menggangguk, perlahan dekati Jungwon yang berada di tengah ruang tamu. Saat keduanya mulai berbincang dan naik keatas, Heeseung langsung memerintah Jake.
“Jake, gue mau lo retas CCTV dekat area Bracht Lake, yang nyorot kearah jalan masuk parkiran terbuka. Secepatnya.” Nada Heeseung serius, penuh autoritas sebagai pemimpin.
Tidak ada jawaban verbal dari Jake, namun lelaki berambut blonde itu mengambil sebuah laptop kecil dibawah meja— melakukan sesuai perintah Heeseung.
Sekitar 3 menit terlewat, erangan frustrasi keluar dari belah bibir Jake. Heeseung menaikkan satu alis, seperti bertanya 'kenapa?'.
“Lo mau gue kasih tau kabar yang baik dulu atau yang buruk dulu?”
“Buruk. Save the good ones for the last.”
Jake terkekeh, merasa heran Heeseung masih saja berpegang pada prinsipnya yang lumayan aneh itu. “Okay, the bad news is there's some kind of a barrier protecting the CCTV footages, and I can't access it.”
Helaan nafas Heeseung keluarkan setelah mendengar pernyataan Jake. Tentu saja orang-orang itu tidak sebodoh yang dikira. “Terus, kabar baiknya apa?”
“Yang pakai barrier kayak gini tuh cuma satu gang aja di Los City,” Jake tersenyum miring penuh kemenangan, “dan gang itu Astray.”
Heeseung mengusak rambut kesal. Buat apa gang yang berada di Stayville itu menyerang mereka? Tidak masuk akal. Heeseung masih ingat 2 tahun lalu saat pertama jadi pemimpin De Cartas ada perjanjian tidak tertulis bahwa Astray tidak akan menyerang karena wilayah kekuasaan mereka lebih luas daripada gang yang lainnya.
Seakan membaca pertanyaan di pikiran, Jake menjawab. “Gue tadi langsung retas seluruh CCTV di Stayville, just to make sure. Dan gue ngelihat markas mereka di bom, Heeseung. Mungkin ini ada kaitannya dengan lo yang datang kesini nyari perlindungan.”
Pantas, pantas saja. Semua masuk akal sekarang. Astray tidak akan menyerang, kecuali ada yang menyerang mereka duluan dengan menyamar sebagai salah satu anggota dari ketiga gang Los Triumvirate.
Heeseung simpulkan ada yang sedang mencoba mengadu domba mereka, tetapi pertanyaannya, siapa?
“Jadi kakak pacarnya Kak Heeseung?”
Pertanyaan Jungwon membuat Sunghoon malu. Memang benar diri adalah pacar Heeseung, tetapi tetap saja— memalukan untuk mengakuinya didepan adek kandung Heeseung.
Akhirnya menjawab sekedar anggukan kecil. Jungwon berteriak tertahan melihatnya, “Ih lucu banget, Kak Sunghoon malu ya?” Yang lebih muda malah tambah menggoda, merubah wajah Sunghoon semerah mawar memekar.
Sunghoon membisu, terlalu tenggelam dalam rasa sipu— membiarkan Jungwon menjadi satu-satunya yang angkat suara.
Namun satu pertanyaan Jungwon membuat Sunghoon langsung membalas secepat kilat, “Kak Sunghoon mau Jungwon ceritain tentang Kak Heeseung gak?”
Seharusnya Jungwon tidak usah bertanya. Sunghoon tambah memerah menyadari betapa cepat ia berkata “Mau!”, terlihat begitu antusias untuk mengenal Heeseung lebih dalam.
“Jadi gini!” Jungwon menyamankan posisi duduknya di kasur, menandakan cerita akan panjang, “Kak Heeseung dulu itu cupu, pake banget. Gak kayak dia sekarang. Bahkan Kak Heeseung gak mau jadi ketua gang, maunya jadi dosen sastra inggris. Tapi karena kejadian dua tahun lalu, Kak Heeseung langsung berubah 180 derajat, dan jadi ketua gang kayak sekarang deh!”
Sebentar, apa? Sunghoon membelalak. Hampir tidak percaya apa yang Jungwon katakan. Memang benar sih, saat dulu Casa Segura masih dibawah pimpinan ibunya, Sunghoon hanya sering melihat Mr. Lee. Sepintas, ia ingat kabar akan anak lelaki pertama keluarga Lee diterima di universitas ternama— apa yang dimaksud adalah Heeseung?
Sebelum Sunghoon bisa menyuarakan pertanyaan di benak, Jungwon sudah melanjutkan ceritanya. “Dua tahun lalu, orang tuaku ditembak, pas mereka lagi ke uppertown. Kakak pasti tau kan di uppertown itu gimana?”
Sunghoon lebih dari tau tentang itu. Los City terbagi menjadi dua bagian dipisahkan oleh laut, uppertown dimana hanya ada satu distrik dan dua gang, serta undertown, yaitu tempat yang mereka tinggali yang terdiri atas 6 gang dan 3 distrik.
“Mereka dibunuh dari kejauhan, kak. That's all me and my brother ever know. Selebihnya, Kak Heeseung masih mencari tau sampai sekarang.”
Deg. Sunghoon membeku. Keringat dingin menyapa kulit, nafas memburu— panik, Sunghoon panik, takut akan tebakan yang masuk ke dalam pikiran ialah kebenaran.
Jungwon sadar, ikut panik mencoba menenangkan Sunghoon. “Kak?! Kak Sunghoon kenapa?”
Tidak, Jungwon tidak boleh tau. Sunghoon sekuat tenaga tersenyum palsu, mengelus rambut yang lebih muda secara lembut.
“Gak apa-apa, Jungwon tidur aja, ya? Kakak mau kebawah dulu.”
Merasa Jungwon percaya dengan kebohongan manis, Sunghoon secepat mungkin keluar dari ruangan— ia butuh udara.