breakfast

waktu bahkan belum menunjukkan jam 5 di pagi hari, namun suara denting peralatan masak membuat heeseung terbangun— langsung menoleh ke arah dapur sambil mengerjap pelan mencoba memfokuskan pandangan.

yang dilihat adalah sunghoon, masih menggunakan hoodie dan celana training miliknya dari semalam, mondar-mandir kesana kemari memasak sesuatu yang heeseung tebak berupa sarapan untuk mereka berdua.

“sunghoon?” suara heeseung serak, terdengar lemah walau sudah mencoba untuk bersuara seperti normal.

sontak sunghoon menoleh kebelakang, tersenyum manis dengan tatapan sedikit bersalah. “selamat pagi, alpha. maaf, aku terlalu ribut ya?”

heeseung menggeleng. berjalan agak limbung ke arah dapur, lalu duduk di salah satu kursi meja makan. “pagi, darling. gak perlu minta maaf, lagian memang sudah waktunya untuk bangun. kan kita perlu ke rumahmu terlebih dahulu buat ambil seragam sekolah-mu.”

coba saja heeseung sudah terbangun sepenuhnya, maka alpha itu pasti bisa melihat semburat merah di pipi omega-nya yang seketika kembalikan perhatiannya ke masakan yang sedang dibuat. semua itu hanya karena heeseung panggil dengan sebutan ‘darling’, untuk kedua kalinya.

“oh iya, kamu bangun jam berapa, hoon? gak ngantuk sepagi ini udah masak?” sebuah pertanyaan dilontarkan guna menghindari kesunyian, walaupun kalau boleh jujur— heeseung suka melihat sunghoon masak dari belakang dalam diam. rasanya seakan sudah punya keluarga sendiri.

sunghoon berpikir sebentar, “uh.. aku tidak terlalu lihat jam.. sepertinya jam 4? aku memang sengaja bangun kepagian kok.”

awalnya heeseung hanya mengangguk, tidak lagi menjawab, sebelum akhirnya ia sadar akan suatu hal— omega-nya bilang bahwa ia sengaja bangun pagi.

“sengaja?” berakhir bertanya dengan satu alis dinaikkan bingung, “kenapa sengaja, sunghoon?”

ah. sepertinya sunghoon kelepasan berkata. omega itu kembali memerah, persis seperti beberapa menit lalu. tangan yang bergerak untuk memasak berubah aneh, salah tingkah.

suara sunghoon bergetar saat menjawab. “…. i-itu— uhm.. karena a-aku emang mau masak,” berubah mengecil di akhir akibat malu, “buat heeseung.”

mau sekecil apapun suaranya, tentu saja heeseung dengar karena apartment begitu sunyi. sang alpha langsung terkekeh, berdiri dan berjalan mendekati sunghoon yang masih berusaha mempertahankan atensi pada masakannya.

“makasih, hoonie.”

sunghoon tambah mematung— heeseung berkata dengan sebegitu lembut, satu tangan berada di pinggang untuk melingkar sebentar sebelum akhirnya dilepas, “kalau begitu aku mandi dulu, ya? habis itu kita sarapan bareng.”

sepertinya aman untuk berkata sunghoon sebentar lagi akan jadi gila.