aku ingat, aku akan selamanya ingat.
before you read, this contains slight manga spoiler.
aku ingat, birai pernah berucap.
aku tidak pernah mencinta. aku tidak tau bagaimana cara ciptakan cinta begitu dalam layak bulan mencumbu matahari diujung bumi, aku tidak tau bagaimana menjaga agar cinta tetap membakar atma.
tetapi saat itu aku belum terbelenggu olehmu. aku belum bertemu lelaki dengan mata setajam silet selaksa, belum menggulirkan namamu dari belah bibir pecahku, belum merasa romansa sendu akan menyampaikan kasih dari kejauhan.
aku ingat, kedua aksa pertama menjumpa sosokmu di hari senin.
saat itu, pertandingan entah keberapa bersama kerajaan tosca dibangun atas kepercayaanmu bersama tim. sorak sorai meneriakkan jenamamu kala seonggok bola berlukis biru-kuning kau hantam penuh kemenangan ke teritorial lawan, disitu aku pelajari namamu.
iwaizumi hajime.
nama yang aku tidak sangka akan melengket di pikiran dalam jangka begitu lama, walau hati belum menumbuhkan perasaan dan hanya penuh kagum kala aku berdiri bertepuk tangan— berkata selamat dalam diam karena aoba johsai berhasil jadi pemenang.
aku tau kok, sehabis melihati. kau pasti akan selamanya jadi pemenang dalam hidup. bahkan kalahmu itu, pasti diselimuti penghargaan atau penghormatan orang banyak, sebab itulah hal-hal yang memang cocok disematkan bersamamu.
aku ingat, kembali menjumpa dirimu saat kau berhasil lawan sekumpulan gagak.
seperti biasa. kau indah. tangkap segala atensiku tepat kakiku injak lantai kasar dari lapak duduk gymnasium, kendati sesal lingkupi hati karena aku tidak dapat lihat bagaimana caramu menjaga kerajaan milikmu serta teman-temanmu.
tenang saja. itu bukan berarti aku tidak bisa tebak, bukan berarti aku tidak tau seberapa keras kau berjuang. kaki lunglai, wajah berbasuh keringat letih, kepalan tangan bermekar mawar— iwaizumi hajime, kau telah lakukan yang terbaik.
aku bangga padamu.
aku berani bilang, berulang kali, sampai kapanpun yang kau mau. aku bangga padamu. aku sangat bangga pada lelaki berpunggung 4, the knight in shining armor; dirimu dan hanya dirimu.
lalu, setelah itu, apa?— wah tunggu, ternyata semesta cukup berbaik hati kala mata bertemu mata secara tidak sengaja saat kau beri hormat ke arah penonton, ke arahku, jadi buatku cukup yakin. kau pasti tau kata-kata tidak terucapku untukmu.
aku ingat, di hari hatiku jatuh adalah hari keruntuhan kerajaanmu oleh gagak-gagak haus akan kemenangan.
mungkin, tidak akan pernah kulupakan. rasa sesak mengikat relung tanpa aksama, tenggorokan kering layak dihambur anala, semua diakibatkan tangisan membingkai wajah tidak kenal takutmu.
betapa kuatnya keinginanku untuk berteriak, “iwaizumi, oikawa, dan seluruh member aoba johsai, kemenangan akan selalu mengagungkan kalian. janganlah takut. ini hanya langkah pertama.”
tetapi aku tidak pernah miliki kesempatan untuk meneriakkan rangkaian kalimat itu. karena, anehnya, hatiku berdegup terlalu kencang. yang aku rasakan padamu, beberapa bulan lalu, hanya rasa kagum.
sekarang? bagai tanaman tumbuh, kagumku berubah jadi cinta. suatu hal paling aku hindari. mengetahui betapa besar resiko diambil, mengetahui tidak ada alasan untukmu mengembalikan perasaanku.
hanya saja aku manusia. tidak lepas dari yang berkedok sebagai harapan. toh, apabila itu engkau, sepertinya tidak ada masalah. aku putuskan memberi cintaku untukmu.
aku ingat, bagaimana takdir permainkan benang merah kita berdua.
layak fantasi keluar berjalan mengitari, untuk keempat kalinya. aku dapat lihat dirimu. sama seperti dahulu, tetap dari kejauhan. kali ini aku bahkan tidak kira keberadaanmu hadir diantara lautan asing para manusia jangkung berambut pirang.
amerika— siapa sangka kau disini juga? setahun aku tidak pandang, pahatan jiwamu secercah berubah. jikalau aku tidak mengenal sepenuh raga dan atma, mungkin bibirku dapat berucap kau adalah lelaki yang sama, namun tidak.
aku mengenalmu dalam sunyi, iwaizumi.
ada perasaan berbeda ketika aku lihatimu sekarang. setipis apapun itu, kau tetap berubah. bukan dari wajah saja, wibawamu juga. kau jauh lebih dewasa. jauh lebih determinan untuk gapai mimpi-mimpi kau abadikan diatas kanvas putih.
maka dari itu aku putuskan berbalik badan, tepat sebelum kau melihat ke arahku. segala maaf aku ucap, aku akui aku pengecut. aku tidak mau bertaruh akan semua hal apabila aku menetap. kesuksesanmu sudah tertulis, yang mana tidak perlu cintaku ini.
aku ingat, harumnya ambu kejayaan kelilingi tubuhmu tempo kaki kau tancapkan di geladak.
berlimpah. begitu berlimpah. lagi-lagi aku tuturkan— iwaizumi hajime, banggaku padamu pada saat ini berlimpah, tumpah-tumpah lalui relung terjerat kasih. aku sangat bangga padamu, mau kapanpun dan dimanapun. aku akan selamanya bangga.
tidak ada yang bisa kalahkan tampangmu gunakan baju hitam berlogo japan, berdiri tegap dibelakang tim yang kamu rangka sendiri.
kau berhasil. kau torehkan janji bersama oikawa, dan kau berhasil tuntaskan. kalian berdua ada di atas dunia sekarang. terharu— aku secara tidak langsung saksikan perjuangan penuh terjal dilalui.
dengan mataku bertuai tangisan, aku berterimakasih dari lubuk terdalam. aku selalu bilang aku tidak pernah mencinta, aku tidak tau cara mencinta, tetapi kau tunjukkan sebegitu mudah.
cinta hanya cinta, sesuatu yang dirasa tanpa diundang, sesuatu yang pada akhirnya direngkuh penuh hati-hati akibat kerapuhan dan di saat yang sama, menyentap penuh ragu akibat resiko yang dibawa.
aku tersenyum. kali ini aku tidak akan lari, akan kuhadapi dirimu. aku tersenyum lebih lebar, mengetahui kasih hidupku menatap dengan mata penuh pengakuan.
kau pasti tau, ya? bahwa aku akan coba mengambil tangan lain yang sedari awal terjulur padaku,
tetapi tenang saja—
aku akan selalu mengingat semuanya tentangmu, iwaizumi hajime.