a challenge
hajime mematikan mesin mobil kala sudah terparkir rapi di garasi rumah tooru. mereka tidak tinggal bersama, lebih tepatnya belum sih—untuk sementara waktu masih nyaman begini.
menghela nafas ketika menoleh, hajime baru sadar tooru tertidur pulas dengan kepala sedikit miring ke kiri. pun ia tersenyum halus. selalu suka melihat tooru seperti ini.
tangan dibawa naik untuk bermain pelan di helai kecoklatan milik tooru yang agak berantakan. membuat sang model meraung kecil dalam tidurnya dan hajime tidak bisa untuk tidak terkekeh.
ah. sepertinya terlalu lama bermain-main. hajime akhirnya keluar dari mobil, kemudian perlahan angkat tooru untuk ia gendong masuk ke rumah.
sekilas mereka terlihat seperti pasangan yang biasa saja, hanya dua manusia saling mabuk akan cinta satu sama lain. itu suatu kebenaran— jika saja tidak ada revolver terselip di dalam jas hajime atau grenade di saku celana tooru.
pasangan gila, mungkin?
“hmm.. hajime..?” suara tooru memanggil memecah keheningan. ia terbangun beberapa menit setelah ditaruh di sofa.
hajime yang berada disamping langsung menoleh, semula atensi berada ke tv di depan mereka. “ya?” adalah jawabannya akan panggilan dari tooru.
“kapan kita sampai..?”
tooru menguap, tangan mengucek mata mencoba hilangkan rasa kantuk. aduh gemas sekali, hajime gemas, rasanya ingin memeluk hingga tidak bisa nafas.
“5 minutes ago, i guess. belum lama kok,”
“oh, okay.”
hening, hajime kembali melihat kearah tv walaupun tontonannya membosankan sedangkan tooru masih mengumpulkan nyawa.
sekitar 3 menit kemudian tooru tiba-tiba berdiri, menarik tangan hajime untuk ikut berdiri juga.
“mau kemana?” hajime mengernyit bingung kala badannya sekarang hanya mengikuti arahan dari tooru. yang ditanya tidak menjawab, dan sebelum hajime bisa memprotes, mereka sudah sampai ke sebuah ruangan.
dari luar, ruangan itu terlihat seperti sebuah perpustakaan minimalis dengan area kosong di tengahnya. tetapi setelah tooru menekan tombol kecil dekat saklar lampu, rak-rak buku yang berjejer banyak di sekitar auto berbalik dan memunculkan banyak variasi senjata dari single shot hingga revolving rifle. lalu lantai di area kosong pun ikut berubah, terbuka dari bawah kemudian memunculkan patung-patung manusia— target tembakan.
ya, benar, ruangan itu adalah ruangan persenjataan serta latihan tembak milik tooru.
hajime tentu sudah tau tentang ini jadi tidak terkejut sama sekali. maka dari itu ia bingung untuk apa tooru membawanya kesini.
“ambil senjata yang kamu suka, hajime.”
oh. ternyata itu alasannya. hajime naikkan alis sambil tersenyum tipis, “is that a challenge?”
dan tooru balas dengan senyuman miring andalannya,
“it is indeed a challenge, sir.”